Perkebunanteh ini merupakan salah satu tujuan wisata di Jawa Tengah. Pesona alam pegunungannya masih asri, Udara sejuk dengan suhu rata-rata 21,5 derajat celcius. Kawasan Kemuning berada di antara Candi Sukuh dan Candi Cetho. Untuk menuju tempat tersebut, tidak sulit. Kita bisa memakai angkutan umum dengan rute Karangpandan, Ngargoyoso, dan
Bangunanutama Candi Cetho berada di ujung sebelah timur kompleks candi. Ukurannya tidak terlalu besar. Masih lebih besar Candi Sukuh yang merupakan "saudara" nya. Yang menarik dari candi ini adalah lokasinya yang berada persis di atas Kebun Teh Kemuning. Candi Cetho berada pada ketinggian sekitar 1.496 mdpl.
Beritadan foto terbaru Candi Cetho - Bukit Teletubbies Tak Pernah Sepi di Akhir Pekan, Nikmati Background Kebun Teh Kemuning Karanganyar Sabtu, 19 Maret 2022 Cari
Saatberada di Jalan Kemuning, wisatawan akan menemukan kebun teh Kemuning. Baca juga: Filosofi Unik Jalur Pendakian Gunung Lawu via Cemara Sewu Pendaki, Jangan Nekat Panjat Tugu Hargo Dumilah di
Dalamperjalanan, wisatawan akan diajak singgah ke sejumlah tempat wisata sesuai dengan rute yang dipilih, termasuk kebun teh Kemuning dan Candi Cetho. Selanjutnya, titik akhir perjalanan tersebut adalah Lintang Cetho Park. Setelah berkeliling sembari menikmati udara lereng Gunung Lawu, wisatawan akan kembali disuguhkan dengan beragam
Dihijaunya hamparan kebun teh para wisatawan bisa menikmati hidangan teh asli kemuning di Kemuning Resto yang berada ditengah - tengah perkebunan teh sekaligus mengabadikan moment - moment romantis wisatawan di perkebunan tersebut. 3. Candi Cetho Candi Cetho di bangun pada abad ke 15 pada akhir jaman kejayaan kerajaan Hindu Majapahit
G3P56. - Lintang Cetho Park merupakan obyek wisata baru di kawasan lereng Gunung Lawu sisi utara, tepatnya di wilayah Karanganyar, Jawa Tengah. Destinasi wisata yang baru buka pada 1 Mei 2022 ini, mengusung konsep wisata alam. Owner Representative Lintang Cetho Park Emiko menjelaskan, tempat wisata ini mempunyai sejumlah fasilitas. Salah satunya adalah fasilitas berkeliling sejumlah destinasi wisata di sekitar Lintang Cetho Park menggunakan mobil klasik Volkswagen VW dan jeep. āDengan kehadiran Lintang Cetho Park ini, harapan kami bisa mengangkat destinasi di Lawu utara, semakin dilirik wisatawan, dan semakin banyak yang berkunjung,ā ujarnya saat dihubungi Kamis 11/5/2022. Dalam perjalanan, wisatawan akan diajak singgah ke sejumlah tempat wisata sesuai dengan rute yang dipilih. Pilihan tempat wisata yang disinggahi termasuk kebun teh dan kawasan Candi Cetho. Selanjutnya, titik akhir perjalanan wisatawan tersebut adalah Lintang Cetho Park. Baca juga Harga Tiket Lintang Cetho Park, Wisata Alam Baru untuk Libur Panjang Baca juga Main ke Lintang Cetho Park, Naik VW Keliling Kebun Teh dan Candi Cetho Iko, sapaan akrabnya menjelaskan, lokasi Lintang Cetho Park berjarak dua kilometer, atau lima menit perjalanan dari Candi Cetho. 8 tempat wisata di sekitar Lintang Cetho Park Selain Candi Cetho, Lintang Cetho juga dikelilingi banyak tempat wisata yang bisa sekalian dikunjungi, yakni berikut ini 1. Candi Cetho Candi Cetho merupakan situs bersejarah yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya. Seperti disampaikan sebelumnya, jarak Lintang Cetho Park ke Candi Cetho hanya 2 kilometer atau 5-10 menit perjalanan. āJadi, lokasi kami tepat di bawah Candi Cetho,ā ujar Iko. Erviyanto Nugroho/ Candi Cetho berada di lereng Gunung Lawu dengan ketinggian meter di atas permukaan laut Mengutip laman Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya, situs Candi Cetho diperkirakan dibangun sekitar 1451-1470 pada zaman Kerajaan Majapahit. Candi bercorak HIndu ini mempunyai arsitektur menyerupai punden berundak. Ada 13 teras yang tersusun dari barat ke timur, dengan pola susunan makin ke belakang makin tinggi dan dianggap paling suci. Masing-masing halaman teras dihubungkan oleh sejumlah pintu dan jalan setapak yang seolah-olah membagi halaman teras menjadi dua bagian. Baca juga Pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho, Simak Estimasi Waktunya Di teras terakhir terdapat candi induk. Nama cetho, yang dalam bahasa Jawa berarti jelas, digunakan sebagai nama dusun tempat candi ini berada. Sebab, dari lokasi Dusun Cetho orang dapat melihat dengan jelas ke berbagai arah, seperti pemandangan Kota Karanganyar, Solo Gunung Merbabu, Merapi, Sumbing, dan Lawu
Candi Cetho salah satu bukti sejarah keberadaan kerajaan Majapahit yang didasari dengan adanya ukiran, pahatan,jenis batu yang digunakan serta huruf-huruf yang tertera di Candi Cetho. Lokasi candi sendiri berada di Dusun Cetho,Desa Gumeng, Jenawi, Karanganyar. Candi ini masih digunakan oleh warga sekitar atau kota sekitar untuk beribadah bagi orang yang beragama Hindu. Baca Juga Misteri Gunung Lawu- Gunung Paling Mistis di Indonesia Sunset di Candi Cetho Fotoharimuktiadd Candi cetho berada di ketinggian kurang lebih 1496 Mdpl dengan suhu yang cukup dingin, candi cetho juga dijadikan tempat atau jalur pendakian gunung lawu. Sejarah penemuan candi cetho oleh Van De Vlies sekitar tahun 1842 namun saat penemuan candi ini nampak ditubuhi lumut dan semak belukar dan pada tahun 1970 candi ini dapat perhatian dari Almarhum Presiden RI kedua yaitu Bapak Soeharto dengan menyuruh anak buahnya yaitu pak Humardani membersihkan area candi. Candi cetho sendiri dari rentetan sejarah kemungkinan di bagun pada tahun 1451 -1470 saat kerajaan Majapahit dipimpin oleh Raja Brawijaya V. Transportasi menuju candi cetho sama persis dengan Kebun Teh Kemuning hanya lurus dikit saja ikutin jalan nanti mentok juga ketemu candi ini. Dulu candi ini hanya warga sekitar dan umat Hindu yang merawat karena kemajuan zaman pemda melakukan perawatan maksimal agar orang diluar karanganyar tahu keberadan candi cetho bukti sejarah keberadaan Kerajaan Majapahit. Untuk kamu yang mau berlibur kesini sekalian belajar seperti cocok karena masih menyimpan miteri yang cukup kental di kawasan Dusun Cetho, untuk harga tiket masuk candi cetho sendiri sekarang sudah mengalami kenaikan dimana dulu hanya 3k untuk masuk semua area namun sekarang sudah ada fasilitas penunjang dll tiket masuk mengalami kenaikan, berikut tiket masuk candi cetho 2018 Harga Tiket Masuk Candi Cetho No Keterangan Tiket Tiket Masuk Candi Cetho 2018 1 Tiket Masuk 7k 2 Parkir Motor 2k 3 Parkir Mobil 5k 4 Sewa Kain 5k 5 WNA 25k 6 Taman Puri Saraswati 3k Demikian ulasan sedikit tentang Candi Cetho yang bisa kita berikan, harga tiket masuknya cukup murah cocok untuk liburan bersama keluarga tercinta sekalian belajar sejarah masa lampau.
eyyy, Syukurlah, hujan mulai turun di awal November ini. Tapi ingatkan beberapa hari ke belakang? Panas banget kalau siang! Saat suhu udara lumayan tinggi, hal menyenangkan apa yang bisa dilakukan? Mencari tempat yang bersuhu dingin atau sejuk rasanya bisa menjadi pilihan, terlebih setelah beberapa hari sebelumnya kita disibukkan dengan berbagai pekerjaan. Dua tempat di Karanganyar yang bisa memenuhi kriteria tersebut, diantaranya kawasan Candi Cetho dan Kebun Teh Kemuning. Dari Yogyakarta waktu yang kami butuhkan untuk menjangkau kawasan Kemuning-Candi Cetho kurang lebih 3 jam perjalanan. Karena kondisi jalan yang cenderung berliku dan menanjak, pastikan kendaraan bermesin prima dan pasrahkan stir kepada seseorang yang mempunyai kemampuan mengemudi di atas rata-rata. Baca juga Menginap, Memetik Stroberi di De Villa Cetho, Karanganyar Candi Cetho dan Kemuning, 2 Wisata Menarik A. Candi Cetho Batuan di salah satu teras yang tersusun membentuk pola/gambar burung Garuda. Bentuk ini melambangkan kendaraan Dewa Wisnu Secara lokasi, Candi Cetho berada di Desa Gumeng, Jenawi, Karanganyar. Cetho dalam bahasa Jawa berarti jelas. Nama ini diambil dari nama dusun dimana candi ini ditemukan, yakni Dusun Cetho. Corak sebagai candi Hindu, langsung terlihat begitu memasuki area candi Cetho. Bentuk gapura candi yang tinggi, mengingatkan saya dengan bangunan/ tempat ibadah di Pulau Bali. Gapura candi berbentuk candi bentar bangunan gapura berbentuk dua bangunan serupa dan sebangun, tetapi merupakan simetri cermin yang membatasi sisi kiri dan kanan pintu masuk dengan arca penjaga di bagian depan Pada awalnya Candi Cetho memiliki 14 buah teras berundak, namun setelah pemugaran hanya tersisa 9 teras yang bisa dilihat oleh pengunjung Sesaat setelah membeli tiket seharga 7000 rupiah, semua pengunjung wajib mengenakan kain kampuh atau kain bermotif kotak hitam-putih menyerupai papan catur. Kain yang dililitkan di pinggang ini bertujuan untuk menjaga kesakralan Candi Cetho sebagai tempat ibadah. Sejarah mencatat, candi Cetho dibangun di masa akhir Kerajaan Majapahit, sekitar abad 15. Ditemukan oleh Van De Vlies seorang sejarawan Belanda di tahun 1842, candi pernah dipugar secara sepihak oleh Sudjono Humardani asisten mantan presiden RI Soeharto. Pemugaran ini banyak dikriktik oleh para arkeolog, karena banyak mengubah struktur asli candi. Candi Cetho dibangun dengan material batu andesit dengan arsitektur menyerupai candi Suku Maya di Meksiko dan Suku Inca di Peru Bangunan tanpa dinding, dengan meja batu yang kemungkinan besar digunakan sebagai tempat sesaji. Saat berada di lingkungan candi Cetho, tak perlu heran ketika tercium bau dupa yang lumayan menyengat karena sampai sekarangpun candi ini masih digunakan sebagai tempat pemujaan/ibadah pemeluk agama HIndu Terlepas dari beberapa bagian candi yang diragukan keasliannya, namun keelokan alam, keunikan arsitektur bangunan dan juga kesakralan candi Cetho menjadi magnet tersendiri bagi candi yang berada di ketinggian 1400 mdpl ini. Apalagi sampai saat ini Candi Cetho masih difungsikan sebagai tempat beribadah masyarakat sekitar. B. Perkebunan Teh Kemuning Berada di lereng Gunung Lawu bagian barat atau tepatnya Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar Jawa Tengah, perkebunan teh Kemuning sudah ada sejak jaman pendudukan Belanda. Pada tahun 1942-1945, kebun teh seluas 1051 ini diambil alih pemerintah Jepang. Medan yang berbukit-bukit namun menyegarkan mata inilah yang mensyaratkan kondisi mobil prima dan kemampuan stir di atas rata-rata. pura-pura memetik teh š Sempat dikelola Kadipaten Mangkunegaran di tahun 1945-1948, di tahun 1948-1950 kebun teh dipindahkelolakan ke Koperasi Perusahaan Perkebunan Kemuning. Di akhir tahun 1971 pengelolaan perkebunan Teh kemuning diserahkan kepada Yayasan Rumpun Diponegoro dan saat ini, perkebunan teh Kemuning dikelola PT Rumpun Sari Kemuning. Daya Tarik Kebun Teh Kemuning Banyak orang menyebut kawasan Ngargoyoso, Karanganyar sebagai Puncaknya Jawa Tengah, tak lain karena kemiripan topografisnya. Hamparan perkebunan teh yang hijau, tanah yang bergunung-gunung, dan juga udara yang sejuk dan dingin. Alasan ini pula, yang menjadikan tempat ini seringkali menjadi jujugan wisatawan untuk menghabiskan akhir pekan. Background berupa hamparan tanaman teh yang seolah tanpa batas ini bisa menjadi vitamin mata yang patut kita syukuri ļæ¼ Dikira anak-anak ini, bau harum teh sudah ada sejak daun-daun ini masih menjadi satu dengan pohon induknya. Kalau dulunya kemuning hanyalah hamparan kebun teh, sekarang di tengah-tengah kebun teh ini banyak dipasang spot-spot foto menarik, tentunya bagi yang senang berfoto ria. Buat saya, membebaskan mata dengan warna hijau yang seolah-olah tanpa batas sudah cukup. āIbuā¦.kok pohonnya nggak bau..?ā Tanya anak saya sambil mendekatkan hidung ke dedaunan, begitu tubuh kami diantara rimbunan tanaman teh. Anak-anak mengira, bau harum teh sudah tercium sejak daun masih segar dan berada dalam batangnya. Maklum, Ini adalah pengalaman pertamanya Raka dan Alya berdekatan langsung dengan tanaman teh. Selama ini mereka hanya melihat tanaman teh dari kejauhan, sudah terkemas dalam bungkus menjadi teh yang siap diseduh, atau bahkan teh manis yang sudah siap diminum. Satu ilmu baru mereka dapatkan. Kalau beberapa waktu lalu tanpa sengaja belajar batuan di Gunungkidul, hari ini anak-anak belajar tentang tanaman teh. Awalnya, saya inginnya kesini saat daun-daun ini dipanen oleh pekerja perkebunan, Tapi rupanya kami datang terlalu siang sehingga harus puas hanya dengan menyusur jalan setapak, memandang sekitar, dan juga mengambil foto sebagai kenang-kenangan. Haus, perut lapar dan mau jajan? Ada. Tak jauh dari area perkebunan, banyak warung-warung yang menyediakan makanan dan minuman, dan juga Teh Kemuning sebagai oleh-oleh. Selain bisa mengisi perut di warung-warung terdekat, pengunjung juga bisa berwisata kuliner di resto-resto yang berlokasi di tak begitu jauh dari areal perkebunan, seperti Omah Kodok, Teh Ndoro Donker, atau Restoran Bali Ndeso.
Kebun Teh Kemuning Harga Tiket Masuk Jam Buka ā WIB. Nomor Telepon 085326600685. Alamat / Lokasi Sumbersari, Kemuning, Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia, 57794. Kebun Teh Kemuning berada di area dataran tinggi sejuk karanganyar. Berlokasi tak terlalu jauh dari kota solo, area perkebunan menawarkan sensasi wisata kebun teh yang unik. Karanganyar seolah menjadi daerah āpuncakā-nya Jawa Tengah. Jika di Jawa Barat ada Bogor yang sering ramai kala liburan. Kebun Teh ini memiliki pemandangan indah hijau alami dengan hamparan tanaman teh dimana-mana. Tidak hanya itu, objek wisata ini juga menyediakan berbagai wahana dan spot foto yang menarik. Objek wisata ini menggratiskan tarif bagi wisatawan yang berkunjung. Bebas berfoto dan menikmati pemandangan. Biaya hanya dikenakan jika pengunjung menaiki wahana yang ada di sini. Harga Tiket Masuk Tiket Masuk Gratis Harga Paket Paket Ceria 1 Paket Ceria 2 Paket Ceria 3 Paket Ceria 4 Jeep Short Kapasitas 4 Penumpang Jeep Medium Kapasitas 4 Penumpang Jeep Medium 2 Kapasitas 4 Penumpang Jeep Long 1 Kapasitas 3 Penumpang Jeep Long 2 Kapasitas 3 Penumpang Full Day Baca BUKIT PARALAYANG Kemuning Tiket Masuk & Bentang Alam Spektakuler Jam Operasional Objek wisata ini buka sejak dini hari hingga petang. Namun, ada juga pengunjung yang datang di malam hari dan bermalam di sini. Biasanya mereka khusus ikut touring jip malam hari, sehingga ada pengawasan khusus dari pihak biro wisata. Jam Buka Setiap hari ā WIB Menikmati Indah Alam Kemuning Pemandangan Gunung di Belakang Kebun Teh. Foto Gmap/alinda Jhannatsya Kebun teh menghampar berhektar-hektar, menutupi permukaan tanah dengan warna hijau cantiknya. Objek wisata ini berada di ketinggian mdpl, yang membuatnya sejuk. Di hari yang cerah, suhu mencapai 21,5 derajat celcius. Oleh karena itu, pengunjung harus siap dengan jaket atau sweater untuk menghalau dingin. Hamparan tanaman teh seolah menjadi karpet yang memenuhi permukaan lantai. Pohon-pohon teh ini diselingi dengan pepohonan yang tinggi menjulang. Jarak satu pohon dengan pohon lainnya sekitar 3 meter. Dimana pohon ini dapat menjadi peneduh ketika terik matahari menyerang perkebunan. Angin semilir membawa damai dalam ketenangan. Langit biru dan awan putih yang menaungi tampak begitu pas dengan hijaunya alam di bawahnya. Suasana begitu menenangkan, membawa hati semakin tenang. Tak salah, tempat ini sering dijadikan tujuan wisata dari remaja hingga keluarga. Baca Lembah Sumilir Karanganyar Tiket Masuk & Wahana Menyambut Mentari Pagi dan Para Pemetik Teh Menyongsong Keelokan Mentari Pagi. Foto Gmap/Nindhyta Objek wisata ini sudah mulai dikunjungi sejak pukul pagi. Tujuan utamanya adalah menyaksikan indahnya matahari terbit. Perlahan tapi pasti, sang surya mulai menampakkan cahayanya. Dengan gerakan malu-malu, memancarkan warna kuning merona dibalik kabut kelabu. Pancarannya mulai menyinari pepohonan dan menembus dedaunan. Menampakkan garis lurus menuju tanah. Di jalan setapak, tampak ibu-ibu pemetik teh dengan alat tempurnya. Caping di kepala dan keranjang di punggung. Gerakan tangan para pemetik teh ini begitu terampil. Memilih dan memetik pucuk daun teh untuk mendapatkan teh yang berkualitas. Daun teh yang dipetik di pagi hari aromanya lebih wangi dan segar. Karena inilah, para pemetik teh harus melakukannya di pagi hari. Baca GROJONGAN SEWU Tawangmangu Tiket Masuk & Aktivitas Bertualang dengan Naik Jip Jip Petualang yang Siap Mengarungi Kebun Teh. Foto Gmap/Luki Ya Bertualang dengan menaiki mobil jip menjadi pilihan tepat untuk menikmati kawasan kebun teh dan sekitarnya. Pengunjung akan dibawa berkeliling selama delapan jam. Jip ini biasanya mangkal di Terminal Kemuning, Kampung Wisata Gadungan, dan di Air Terjun Jumog. Pengunjung bisa datang ke salah satu tempat tersebut untuk menyewa jip. Harga sewa bervariasi, mulai dari Rp hingga Tergantung rute wisata dan jenis jip yang digunakan. Satu mobil jip dapat dinaiki 4-5 wisatawan, ditambah satu sopir. Perjalanan cukup menantang apalagi jalur yang dilalui tidak rata, berkelok, dan naik turun. Untuk tarif Rp biasanya khusus untuk petualangan di malam hari. Jadi, pengunjung akan merasakan pengalaman melewati jalan-jalan di kebun teh pada malam hari. Malamnya bisa berkemah di kawasan kebun teh. Dan di pagi harinya, mulai untuk petualangan lagi. Baca Telaga Madirda Karanganyar Wisata Danau Lereng Gunung Lawu Paralayang di Atas Kebun Teh Kemuning Wisatawan bisa mencoba olahraga ekstrem paralayang di sekitar area kebun teh. Foto Google Maps/ Stwn Angrh Berada di ketinggian ribuan meter menjadi tempat yang tepat untuk menikmati keindahan. Aktivitas paralayang merupakan pilihan yang tepat. Melayang di udara, dengan hamparan tanaman teh di bawahnya. Sungguh keindahan yang tiada duanya. Apalagi udara yang sejuk, melayang menjadi semakin sejuk. Bagi pengunjung yang belum bisa, telah disiapkan pemandu yang siap mendampingi. Jadi, tidak perlu khawatir lagi. Melayang di udara dengan parasut sangat memacu adrenalin. Ini dapat menjadi opsi bagi pengunjung yang senang dengan olahraga ekstrim. Pengunjung pun dapat berfoto dari atas dengan latar belakang pemandangan awan. Atau hamparan kebun teh di bawahnya. Baca LAWU PARK Tawangmangu Tiket Masuk & Aktivitas Spot Foto Favorit Keindahan alam ini dipadukan dengan spot foto yang begitu menarik. Pengelola telah membuat beberapa spot foto dengan bahan kayu. Seperti Jembatan Bintang, dan spot-spot lainnya. Berfoto di spot ini dengan latar belakang kebun teh menjadi pilihan para wisatawan. Tak lupa, pengunjung dapat mencicipi rasa nikmat teh yang dipetik dari kebun teh. Cafe favorit pengunjung adalah Ndoro Dongker. Letaknya tidak jauh dari Kebun Teh Kemuning, yang selalu ramai dengan wisatawan. Apalagi jika bukan karen desain cafe dan sajian makanan yang begitu nikmat. Baca 10+ Tempat Wisata Terbaik di Karanganyar Lokasi Kebun Teh Kemuning Objek wisata ini terletak di Sumbersari, Desa Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Berjarak sekitar 42 Kilometer dari Solo, area dataran tinggi kebun teh ini bisa dicapai dalam waktu 1 jam berkendara.
Peninggalan Kerajaan, foto by anisadheaa Lokasi Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah Map Klik Disini Jam Buka ā WIB Telepon 0812-3962-4421 Harga Tiket Masukā¤ļøSejarah Singkatā¤ļøMedan Jalan Ke Lokasiā¤ļøBelajar Masa Laluā¤ļøLaranganā¤ļø Harga Tiket Masukā¤ļø HTM Parkir Motor Parkir Mobil Untuk memasuki area candi, pengunjung akan dikenakan HTM sebesar ditambah ongkos parkir sebesar untuk motor dan untuk mobil. Jam buka mulai pukul ā Setelah bayar tiket masuk, Anda akan diberi pinjaman sekaligus dibantu untuk mengenakan Kain Poleng pada bagian pinggang oleh petugas yang berjaga di pintu gerbang. Kain Poleng yang Wajib Dikenakan Pengunjung, gambar by radiska_putri Bagi penggemar wisata sejarah utamanya berkunjung ke bangunan-bangunan yang menjadi peninggalan jaman kerajaan pada masa lampau seperti candi, Jawa Tengah merupakan surganya karena di provinsi ini terdapat puluhan candi yang tersebar di segala penjuru, seperti Borobudur yang megah, Prambanan yang eksotis, Kalasan, Mendut, Kompleks Candi Sewu, Plaosan, Sari, Dukuh, Gedung Sanga, Canggal, Lumbung, Bubrah dan masih banyak lagi candi yang lain. Diantara sekian banyak candi yang ada di Jateng tersebut, nama Candi Cetho memang kurang begitu dikenal disebabkan karena letaknya yang cukup sulit dijangkau serta terbatasnya akses transportasi, infrastruktur dan fasilitas yang ada di sekitar kawasan wisata. Namun demikian, dari sisi keunikan bangunan, Cetho sebenarnya memiliki nilai lebih dibanding candi yang lain, karena struktur, bentuk dan ornamen bangunan yang ada di Cetho berbeda dengan candi lainnya yang ada di Jateng, Jatim dan di DIY, kecuali Sukuh yang letaknya berdekatan dengan Cetho. Medan jalan menuju lokasi, gambar by monkey_diaryy Sehingga bagi pemerhati bangunan bersejarah atau mereka yang memiliki minat khusus terhadap disiplin ilmu arkeologi, Cetho merupakan objek yang tidak boleh dilewatkan untuk diteliti, dipelajari sekaligus dinikmati. Tidak hanya itu, lokasinya yang berada di kaki Gunung Lawu, menjadikan kawasan di sekitar Cetho menyajikan pemandangan yang menawan berupa hamparan Perkebunan Teh dan persawahan milik penduduk setempat dengan latar belakang perbukitan serta gunung-gunung yang menjulang tinggi. Lingkungan di kompleks wisata pun menyuguhkan keindahan yang memanjakan mata, sehingga siapapun bakal betah untuk berlama-lama di sekitarnya. Selain itu, di sekitar Cetho juga terdapat berbagai objek wisata yang menarik untuk dikunjungi, seperti Candi Sukuh, Air Terjun Jumog, Taman Hutan Raya yang menjadi lokasi ideal untuk picnic party, memetik pucuk-pucuk teh di Perkebunan Teh Kemuning, serta singgah di Rumah Teh Ndoro Dongker untuk menikmati berbagai jenis teh dengan harga yang terjangkau, seperti Teh Hijau Kemuning, Teh Putih, Teh Raja, Teh Herbal, Teh Hitam Donker, Teh Aroma Inggris dan beberapa jenis yang lain. Kompleks yang Eksotis, photo by ulia_arigalit Buat para pendaki gunung yang ingin menuju ke Puncak Gunung Lawu, dapat pula singgah ke Cetho, karena di sekitar kawasan ini juga terdapat basecamp serta rute bagi para pendaki yang ingin menuju ke Puncak Gunung Lawu. Sejarah Singkatā¤ļø Meski laporan ilmiah tentang Candi Cetho telah ditulis oleh van de Vlies pada tahun 1842, namun ekskavasi atau penggalian dengan tujuan rekonstruksi terhadap Cetho baru dilakukan untuk pertama kalinya ditahun 1928 oleh Commissie vor Oudheiddienst Dinas Purbakala Hindia Belanda. Pada penelitian selanjutnya, Bernet Kempers menyimpulkan bahwa Cetho didirikan pada masa pemerintahan Majapahit sekitar tahun 1373 Saka atau tahun 1451 Masehi. Hal tersebut berdasarkan sebuah sengkalan yang bunyinya āWelut wiku anakut ikuā dan diperkuat keberadaan batu-batu berhiaskan āSurya Majapahitā yang menjadi lambang kebesaran Majapahit. Bangunan yang diperkirakan didirikan pada masa pemerintahan Raja Brawijaya V ini, saat pertama kali diketemukan, berupa reruntuhan batu berbentuk punden/teras yang terdiri atas 14 teras. Kompleks bangunan yang memanjang dari dataran paling rendah di sebelah Barat menuju dataran yang paling tinggi di sebelah Timur, saat ini hanya terdiri atas 13 teras dan yang selesai dipugar baru 9 teras. jalan menuju lokasi Repost thoriqaljabar Dengan struktur punden berundak berteras-teras, kuat dugaan akan pengaruh sinkretisme pada Cetho yaitu perpaduan antara unsur Hinduisme dengan kultur asli Nusantara. Apalagi ikonografi atau gambar relief-relief candi memiliki bentuk menyerupai wayang, dimana hal tersebut merupakan ciri dari masa akhir Hindu ā Buddha, menjadikan pengaruh sinkretisme tersebut menjadi semakin terasa. Hal yang sama juga dapat dilihat pada Sukuh yang lokasinya tidak jauh dari Cetho, yaitu di Kecamatan Ngargoyoso yang juga berada di kawasan lereng Gunung Lawu. Pasca kemerdekaan Indonesia, pemugaran untuk pertama kalinya dilakukan pada tahun 1970 oleh asisten pribadi Presiden Soeharto, yaitu Sudjono Humardani. Namun, banyak arkeolog yang mengkritik pemugaran ini, karena struktur asli bangunan banyak yang dirubah disebabkan tidak adanya study yang mendalam sebelum dilaksanakannya pemugaran. Akibatnya terdapat sejumlah objek baru yang diperkirakan tidak original, seperti gapura megah di depan kompleks, patung-patung Brawijaya V, Sabdopalon dan Nayagenggong, bangunan berbentuk kubus di puncak punden serta bangunan-bangunan bermaterialkan kayu untuk tempat pertapaan. Kondisi tersebut semakin diperparah saat Bupati Karang Anyar dijabat oleh Rina Iriani 2003 ā 2008, karena dengan seenaknya menambahkan arca berbentuk Dewi Saraswati pada sisi Timur kompleks bangunan. Arca sumbangan dari kab. Gianyar tersebut ditempatkan di kompleks Cetho dengan alasan untuk menghidupkan gairah keberagamaan, tanpa mempertimbangkan struktur asli candi yang penting untuk study arkeologi. Medan Jalan Ke Lokasiā¤ļø Jalan Menuju Objek foto Alamat Candi Cetho yang berada di kaki Gunung Lawu, tepatnya di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, membuat lokasinya cukup sulit dijangkau karena rute yang harus dilalui tidak dilewati sarana transportasi umum, kecuali ojek. Kendaraan pribadipun harus dalam kondisi prima dengan ketrampilan mengemudi di atas rata-rata jika ingin sampai ke tujuan, karena jalan yang harus dilewati meskipun sudah beraspal halus namun cukup sempit dengan kondisi jalan berliku-liku dan memiliki tanjakan yang tajam. Bagi wisatawan yang berangkat dengan menggunakan mobil pribadi, baik dari Jogja, Semarang, Sragen atau dari Ngawi dan Madiun yang ada di Jawa Timur, jalur yang harus ditempuh adalah dengan menuju ke arah Solo. Sesampai di Kota Solo, arahkan kendaraan menuju Terminal Karang Pandan dan bawa terus kendaraan menyusuri jalan utama yang melintang di depan terminal tersebut sampai bertemu dengan gapura besar. Setelah melewati gapura bertuliskan āKawasan Wisata Sukuh Cethoā, Anda akan sampai di Kemuning dan di sana akan Anda jumpai rambu petunjuk jalan menuju ke lokasi wisata. Apabila masih merasa bingung atau takut tersesat, aktifkan saja google maps pada layar smartphone. Kebun Teh Kemuning Dilihat dari Candi Cetho, foto by Untuk wisatawan yang menggunakan sarana transportasi umum, Cetho dapat diakses dari Stasiun Solo Balapan dengan naik ojek atau becak menuju Terminal Tirtonadi, selanjutnya naik bus jurusan Solo ā Tawangmangu. Sesampai di Terminal Karang Pandang, Anda harus turun untuk berganti bus kecil jurusan Karang Pandan ā Kemuning lalu turun di Pertigaan Nglorog. Sesampai di Nglorog sudah tidak ada lagi sarana transportasi umum kecuali ojek yang akan mengantar Anda menuju Cetho dengan jalan menanjak sejauh kurang lebih 12 km. Meski jalan yang harus dilalui menanjak dan berliku-liku, mata Anda akan dimanjakan oleh pemandangan di kanan kiri jalan yang dihiasi hamparan persawahan berlatar belakang bukit dan pegunungan serta luasnya āPerkebunan Teh Kemuning Ngaroyosoā yang hijau. Belajar Masa Laluā¤ļø Asal usul dari nama candi yang berdiri di atas ketinggian 1496 mdpl ini, diambil dari nama desa yang menjadi tempat berdirinya bangunan tersebut, yaitu Desa Cetho. Kata āCethoā sendiri berasal dari bahasa Jawa yang artinya āTerlihat dengan jelasā. Dinamakan Desa Cetho, karena di desa ini, siapapun akan dapat melihat dengan jelas keindahan pemandangan yang terhampar di bawahnya dan di kejauhan berupa hamparan Perkebunan Teh Kemuning yang hijau, persawahan milik penduduk setempat dan pemandangan indah berlatarbelakangkan Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sumbing, Punggung Gunung Lawu dan sejumlah perbukitan serta anak gunung lainnya. Itulah legenda tentang asal usul nama candi dan nama desa Cetho menurut penuturan warga sekitar. Jam buka, gambar by iamhidayattaufik Pemandangan yang indah dengan udara sejuk khas daerah pegunungan inilah yang bakal membuat betah wisatawan untuk berlama-lama di tempat ini. Apalagi lingkungan di kawasan kompleks candi juga menghadirkan panorama yang instagenic, membuat banyak spot yang menarik untuk dijadikan latar belakang foto dan dipamerkan di akun facebook, instagram serta lini media sosial yang lain. Selain keindahan panorama yang disajikan, misteri yang menyelimuti kawasan kompleks candi serta mitos-mitos yang berkembang di tengah-tengah masyarakat juga menjadi daya tarik tersendiri. Hal tersebut tidak lepas dari keberadaan candi yang hingga kini masih dimanfaatkan sebagai tempat ibadah dan tempat berziarah oleh Umat Hindu, digunakan untuk tempat bertapa atau bersemedi oleh penganut aliran kepercayaan, serta dipakai untuk menggelar upacara rutin setiap tanggal 1 Syuro serta setiap 6 bulan sekali pada peringatan Wuku Medangsia. Berbagai aktifitas spiritual tersebut dilakukan di kompleks wisata, karena candi ini konon dibangun dengan tujuan untuk dipakai sebagai tempat Upacara Ruwatan, yaitu upacara adat untuk penyucian diri dari kehinaan disebabkan karena penyakit, perbudakan, kutukan, kesengsaraan hidup serta lainnya. Jadi misteri yang menyelimuti kawasan ini tidak ada kaitannya dengan cerita hantu, melainkan lebih kepada suasana magis yang dipancarkan oleh aura bangunan. Arca di lokasi, foto by Terletak di kaki Gunung Lawu, membuat Cetho juga kerap dikunjungi para pendaki, karena tidak jauh dari kompleks candi terdapat basecamp bagi para pendaki yang ingin menuju ke Puncak Gunung Lawu. Jalur dan map menuju Puncak Lawu via Cetho ini memang lebih jauh, yang mana memiliki jarak sekitar 10 km. Bandingkan dengan jalur Cemoro Sewu dan Cemoro Kandang yang hanya berjarak sekitar 6 km. Namun bagi pendaki yang ingin menikmati suasana yang berbeda, jalur Cetho ini kerap dijadikan sebagai pilihan. Diantara berbagai aktifitas menarik yang dapat dilakukan di kompleks wisata, aktifitas utama yang tidak boleh dilewatkan adalah belajar tentang sejarah masa lalu lewat relief-relief, arca-arca, ornamen-ornamen dan berbagai hal yang menyelimuti bangunan. Bagi pengunjung yang pernah melihat kompleks Candi Sukuh akan melihat beberapa kesamaan pada Candi Cetho, yaitu bentuk bangunannya yang berundak atau berteras-teras dan berderet dari Barat ke Timur atau dari bagian yang paling rendah menuju ke bagian yang paling tinggi dengan letak pintu masuk pada bagian yang paling rendah. Selain itu, kesamaan lainnya adalah adanya tatanan batu berbentuk lingga yoni yang sepintas lalu terkesan vulgar dan berkonotasi pornografi namun sebenarnya merupakan simbol dari kesuburan, batu berbentuk kura-kura yang merupakan simbol penciptaan alam, serta arca-arca bergaya pra-sejarah dengan bentuk yang sederhana. Ciri dari kedua candi tersebut tidak terdapat pada candi lain yang ada di Provinsi Jatim, Jateng maupun di DIY. Tiket masuk, foto by dykap21 Teras di Candi Cetho berjumlah tujuh buah teras yang melambangkan kehidupan manusia, yang dalam kepercayaan Hindu memiliki tujuh tingkatan. Ketujuh tingkatan tersebut meliputi Bhurloka, Bhuvarloka, Svarloka, Caturloka serta Janaloka, Tapaloka dan Saptaloka. Antara teras yang satu dengan yang lain dihubungkan oleh dua jalan dan satu pintu masuk. Teras terendah melambangkan derajat manusia yang masih rendah karena dikuasai oleh hawa nafsu sedang teras tertinggi dianggap suci dan paling penting karena melambangkan manusia yang sudah terbebas dari hawa nafsu sehingga dapat terlepas dari hukum karma. Pada pintu gerbang sebelah Timur, dapat dijumpai gapura berhiaskan arca batu bernama Arca Nyai Gemang Arum, pada sisi Selatan teras pertama terdapat bangunan tanpa dinding atau hanya pondasi dengan ketinggian 2 meter. Di dalamnya terdapat susunan batu-batu dan bekas sesajian yang menandakan kalau tempat ini masih digunakan sebagai tempat berziarah dan pemujaan. Di dalam kompleks bangunan, pengunjung juga dapat menjumpai beberapa arca yang sebagian besar kondisinya sudah tidak utuh lagi serta relief-relief yang mengusung kisah Sudamala dan Garudeya. Kisah tersebut mengandung makna tentang semangat manusia untuk dapat membebaskan diri dari malapetaka yang dialaminya. Laranganā¤ļø Mengenakan kain bermotif kotak-kotak berwarna hitam dan putih ini wajib dilakukan oleh pengunjung, karena Cetho hingga kini masih dimanfaatkan sebagai tempat beribadah oleh umat Hindu. Sehingga berbagai anjuran dan larangan yang berlaku di kompleks candi harus dipatuhi oleh wisatawan yang datang berkunjung. Jangan berharap fasilitas yang lebih saat berada di lokasi wisata, karena selain tempat ini merupakan tempat ibadah juga karena letak candi yang berada di lereng gunung. Namun kalau hanya untuk mengisi perut atau menghilangkan dahaga, di sekitar area parkir dapat dijumpai beberapa warung yang menjual makanan dan minuman. Begitu juga untuk wisatawan yang bermaksud menginap di sekitar kawasan wisata, tidak ada satupun hotel atau penginapan mewah kecuali hanya dua pondok wisata yang menyediakan kamar dengan tarif semalam. Dengan tarif yang cukup murah tersebut, fasilitas yang disediakan adalah tempat tidur berukuran sedang dengan kamar mandi di dalam, plus air panas gratis untuk mandi jika tamu penginapan jumlahnya banyak. Jika tamu yang datang sedikit, tidak ada bonus air panas dari pengelola pondok wisata, sehingga tamupun harus mandi dengan menggunakan air dingin. Bagi wisatawan yang bermaksud menginap, pastikan telah menyiapkan makanan dan minuman untuk santap malam, karena di kawasan sekitar candi tidak ada warung satupun yang buka pada malam hari, kecuali satu dua toko kelontong yang begitu adzan maghrib berkumandang sudah tidak lagi melayani pembeli. Aktif menulis sejak tahun 1990 sampai Sekarang. Naskah pernah dimuat di berbagai media nasional. Sebanyak 13 judul buku untuk anak-anak telah diterbitkan di beberapa penerbit, seperti Grasindo, Gema Insani Press, SIC, dll. Web
kebun teh kemuning candi cetho