AlIttifaq juga menggandeng pesantren lain dalam memproduksi sayuran tersebut. "Ini sudah jalan dan bukan peluncuran, sekarang kita sudah memasok sekitar 7 ton per hari dari kebutuhan 56 ton. Maka dari itu akan Al Ittifaq ini akan menggandeng Pesantren lain untuk memproduksi sayuran dan buah buahan baru masuk ke ritel modern.
MenurutCEO Koperasi Pesantren Al Ittifaq, Setia irawan, saat ini sekitar 70 pesantren sudah bergerak di bidang pertanian. Banyak pesantren memilih pertanian karena potensinya memang ada di pertanian "Ini jadi konsen pesantren. Ketika pesantren melahirkan santri, apakah semuanya akan menjadi ulama, kan tidak," ujar Setia.
BiayaPendaftaran Awal Yang Wajib Dilunasi : 1) Uang Pendaftaran Rp 100.000. 2) Infaq Sarana Prasarana Rp 500.000. 3) Buku Rapot Rp 100.000. 4) Kartu Tanda Pengenal Santri Rp 20.000. 5) Kesehatan Rp 100.000. 6) Infaq Bulanan/Syahriyah : Ă Infaq Pondok Rp 200.000.
Berikutinformasi pendidikan, pendaftaran, dan biaya masuk di tahun 2022-2023. Skip to content. Panduan Terbaik. Hadirkan Panduan dan Yang Terbaik di Indonesia Lebih lengkap bisa melihat video yang kami sertakan agar melihat bagaimana lingkungan di pesantren. Biaya Pendaftaran Pesantren Al Izz. Pendaftaran: Rp150.000: Infaq Awal: Rp1.000.
BiayaMasuk PONPES Al Muqoddasah Ponorogo. Nah, setelah diterima masuk menjadi santri uang biaya pendaftaran tersebut hanya sebagai pendaftaran. Mereka wajib membayar pendaftaran ulang atau disebut dengan biaya pangkal, biaya daftar ulang yang rincian adalah sebagai berikut: Sedangkan biaya pendaftaran ulang untuk santri lama sebesar: 4.230.000.
Total Rp7.975.000. Rp7.035.000. Namun demikian SPP yang dimaksud di atas terdiri dari SPP madrasah Rp200.000, biaya makan dua kali sehari selama sebulan Rp330.000, kegiatan pesantren Rp230.000, dan pembianaan Rp120.000. Menurut kami untuk wilayah Jakarta Barat, biaya ponpes Al Itqon Jakarta Barat cukup standard.
rlNxEe. JAKARTA - Menjadi santri di pondok pesantren sering dibayangkan hanya berkutat dengan ilmu agama dan kegiatan mengaji Al Quran dari pagi hingga malam di Pondok Pesantren Al Ittifaq di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, para santri tidak hanya diajari mengaji ataupun belajar ilmu agama, sebaliknya mereka dibina dengan kemampuan usaha terutama di sektor pertanian atau saat ini dari usaha agribisnis yang dilakukan para santri tersebut mampu memasok produk sayur-mayur ke pasar-pasar modern di Bandung hingga ke luar wilayah bahkan ke saat ini sudah dikatakan sukses sebagai Unit Usaha Agribisnis namun keberhasilan pondok pesantren yang didirikan KH Mansyur pada 1 Februari 1934 dalam mengembangkan usaha agribisnis tersebut tidaklah diraih dalam waktu yang singkat dan tanpa perjuangan. Pada awalnya Pondok Pesantren Al Ittifaq tergolong ke dalam jenis pondok pesantren Salafiyah tradisional/non sekolah. Sistem pendidikan yang diterapkan saat itu cukup kolot di mana para santri diharamkan belajar menulis latin, tidak boleh kenal dengan pejabat pemerintah karena dianggap penjajah, tidak diperbolehkan membuat rumah dari tembok, tidak bolah ada alat elektronika seperti radio, televisi, 1953 kepemimpinan diteruskan oleh H Rifai hingga wafatnya pada 1970 yang kemudian dipegang oleh KH Fuad Affandi cucu KH Mansyur hingga pendidikan yang seadanya menyebabkan perkembangan amat sangat lamban bahkan cenderung berjalan di tempat, ditambah keengganan untuk membuka diri dan kurangnya pengetahuan mengenai potensi laun KH Fuad Affandi menerapkan pendidikan yang lebih modern, sejak 1970 mencoba memadukan antara kegiatan keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian atau agribisnis di pesantren yang terletak di Kampung Ciburial, Desa Alamendah, Kecamatan Ciburial untuk mengembangkan usaha agribisnis tersebut menurut Fuad Affandi karena sesuai dengan potensi alam yang ada di sekitar pesantren yakni wilayah pegunungan berhawa itu dirinya menilai sektor pertanian sesungguhnya merupakan berkat yang paling besar karena sektor ini mampu menghidupi beratus-ratus makhluk hidup dari mulai serangga, binatang hingga manusia."Di muka bumi ini tak ada pekerjaan yang paling mudah selain bertani, karena tak membutuhkan syarat-syarat khusus dan siapapun boleh melakukannya. Kenapa ini disia-siakan," juga berpendapat sekrisis apapun ekonomi bangsa ternyata yang paling aman adalah kegiatan yang dirintis pimpinan pesantren yang mengaku tidak lulus Sekolah Dasar SD itu ternyata membuahkan hasil nyata, kegiatan usaha pertanian berlangsung hingga saat ini bahkan menjadi tulang punggung kegiatan menjalani pendidikannya santri Pondok Pesantren Al Ittifaq yang datang dari berbagai pelosok di Tanah Air, yang mayoritas dari golongan ekonomi rendah, fakir miskin dan anak yatim piatu tidak dipungut biaya."Untuk keperluan makan, kesehatan dan kebutuhan sehari-hari dipenuhi dari hasil usaha pertanian yang dikelola para santri," kata KH Fuad pesantren Al Ittifaq dalam melaksanakan kegiatan agribisnisnya melibatkan para santri sehingga mereka selain dibekali ilmu agama juga ilmu karena itu banyak almuni santri juga melakukan usaha dalam bidang agribisnis dan umumnya usaha yang dilakukan di pesantren tersebut memiliki dampak ganda terhadap proses pendidikan, selain sebagai sarana pemenuhan kebutuhan warga pesantren juga menekan biaya produksi sehingga produk yang dihasilkan dapat memiliki nilai keunggulan kompetitif dan komparatif serta menjadi laboratorium bagi penumbuh kembang jiwa mandiri dan wirausaha itu sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan PP Al Ittifaq yakni mencetak santri yang berakhlak mulia, mandiri dan berjiwa ini pondok pesantren Al Ittifaq resmi sebagai Unit Klinik KOnsultasi AGribisnis diantaranya Pusat Inkubator Agribisnis, merupakan tempat inkubasi untuk meningkatkan kemandirian usaha kecil sebagai pemula menjadi usaha yang lebih tempat pelatihan agribisnis bagi para santri dan masyarakat tani sekitarnya juga para petani maupun UKM dari beberapa wilayah dan dinas agribisnis yang dilakukan ponpes tersebut yakni memproduksi sayuran dataran tinggi untuk memenuhi permintaan pasar tradisional maupun pasar modern dan komoditas Jumlah komoditas yang diproduksi sekitar 25 jenis sayuran antara lain buncis, kentang, daun bawang, tomat, cabe hijau, paprika, sawi putih, lobak, seledri, kacang merah, wortel dan jagung komoditas sayuran yang siap untuk konsumen pasar sawalayan dan pasar modern melalui sortasi, grading, packing, wrifing dan labeling sesuai permintaan dan mengembangkan bahan dasar pembuatan kompos untuk pupuk tanaman pangan dan hortikultura yang siap dipakai. Bahan dasar tersebut telah diperdagangkan secara luas dengan kode perdagangan MFA Mikroorganisme Fermentasi Alami yang mana lokasi pembuatan di usaha penggemukan sapi dan domba. Fungsi ternak selain kotorannya dipergunakan untuk kompos juga sebagai lahan pertanian yang diusahakan langsung oleh Pondok Pesantren mencapai 14 hektar yang dibagi dalam enam kemandoran dan dikelola oleh para santri dengan sistem pengembangan Rawabogo dengan luas lahan 4 hektar terbagi dalam empat kemandoran dimana tiap-tiap kemandoran dipimpin satu orang mandor dengan melibatkan 80 santri sebaga tenaga pelaksana Sukahaji 1 ha, satu mandor dan 12 santri, Warung Tungtung 2 ha satu kemandoran dan 13 1 ha dipimpin satu mandor dan melibatkan 13 santri, Hanjung Beureum 2 ha satu mandor dan satu santri, Ciburial 3 ha satu mandor dan 22 1993 Pondok Pesantren Al Ittifaq mengadakan kerja sama jangka panjang dengan perusahaan mitra yakni Hero sekarang Giant Jakarta, Makro Jakarta, serta sejumlah pasar swalayan di sayuran dari pondok pesantren tersebut untuk pasar swalayan setiap hari pada Juni 1998 tak kurang dari lima 1997 untuk lebih meningkatkan kualitas usaha pertaniannya maka PP tersebut mendirikan Koperasi Pondok Pesantren Al Ittifaq Kopontren Alif. Melaui koperasi inilah produk sayuran yang dihasilkan oleh santri dan masyarakat dipasarkan ke berbagai supermarket di Bandung dan omset usaha agribisnis yang dijalankan Pondok Pesantren Al Ittifaq, Fuad mengungkapkan uang yang beredar setiap harinya Rp3 miliar atau setiap hari tak kurang sebanyak 3 mobil sayuran yang harus dikirim ke lima kelompok tani yang merupakan pendukung utama Kopontren yaitu Kelompok Tani One dengan jumlah anggota 380 petani dan luas lahan 68 Tani Al Ittifaq dengan anggota 326 orang santri dan guru dengan lahan 14 yang digarap oleh pondok pesantren. Komoditas yang diusahakan yakni sayuran, peternakan sapi dan domba, perikanan serta Tani Hasil Mekar Sayur HMS jumlah anggotanya 28 orang dan luas lahan 22 ha, Kelompok Tani Jampang Endah 18 ha dengan anggata 25 orang dan Kelompok Tani Tunggul Endah 9 ha serta 13 orang petani.Bagi para santri terutama pria, sebagai pengelola lapangan dikelompokkan berdasarkan minat dan ketrampilan. Setiap kelompok berkisar 10-20 orang, kecuali kelompok tertentu jumlahnya lebih sedikit seperti kelompok peternakan hanya 4-5 orang kerena populasi ternak masih tersebut setiap periode tertentu diputar agar semua santri merasakan dan mengetahui kegiatannya. Khusus santri wanita diberdayakan hanya melaksanakan kegiatan pengemasan, garmen dan menanamkan cinta agribisnis terhadap para santri dilakukan Fuad sejak dini sehingga yang terlibat dalam usaha tersebut dari yang berada di tingkat SD, SMP hingga yang tingkat SD umumnya dilibatkan dalam kegiatan budidaya, sedangkan santri setingkat SMP di bagian administrasi dan untuk SMA difokuskan pada santri yang terjun dalam bidang agribisnis setelah keluar dari pondok pesantren disarankan untuk dapat membentuk kelompok tani, selanjutnya hasil dari pertaniannya dikirim ke pondok pesantren Al di antara petani yang berasal dari alumnus santri Al Ittifaq yang berhasil menarik santri alumnus untuk bekerja di lahan usaha hanya itu adanya kegiatan agribisnis di Pondok Pesantren Al Ittifaq selain menguntungkan dan meningkatkan kesejahteraan bagi para pengelola dan santri-santri di pondok tersebut juga masyarakat melibatkan masyarakat setempat baik dalam memproduksi suatu komoditi maupun dalam pengembangan kelembagaan koperai Pondok Pesantren dan Balai Mandiri Pondok pesantren Al Ittifaq mengembangkan usaha agribinsi menjadikan pondok pesantren itu sebagai tempat magang atau pelatihan agribisnis dari santri-santri dari pondok pesantren lain di luar daerah, mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi, petani dari berbagai daerah di tanah air bahkan dari luar negeri. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Sumber Antara Editor Fatkhul Maskur Konten Premium Nikmati Konten Premium Untuk Informasi Yang Lebih Dalam
Pesantren atau ponpes pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan keagamaan Islam berbasis masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan diniyah atau secara terpadu dengan jenis pendidikan lainnya.[1] Nah, salah satu ponpes yang cukup populer karena biaya pendidikannya relatif terjangkau dan syarat pendaftaran yang mudah adalah Pondok Pesantren Walisongo Ngabar. Asama putri Ponpes Walisongo Ngabar sumber Pondok Pesantren Walisongo Ngabar Pondok Ngabar terletak di Desa Ngabar, Siman, Kabupaten Ponorogo. Secara resmi, ponpes ini didirikan pada 4 April 1961 oleh KH Mohammad Toyyib yang sudah wafat pada 1963. Dalam mendirikan pesantren, ia dibantu kedua putranya, yakni KH Ibrahim Toyyib dan KH Ahmad Toyyib. Pemilihan nama Wali Songo pada ponpes dilandasi dengan harapan supaya para santri dapat mewarisi semangat dakwah Wali Songo dalam mengislamkan Tanah Jawa. Selain itu, diharapkan para santri mampu meneladani metode dakwahnya, sehingga Islam dapat membumi, mampu berdampingan dengan budaya lokal, humanis, dan damai. Harapan tersebut kemudian diperkuat dengan adanya sosok Kiai Ibrahim yang menerapkan dakwah kultural dan humanis dalam mengajarkan Islam kepada masyarakat di sekitar pesantren. Menurut beliau, dakwah Islam harus dilakukan dengan cara yang halus tanpa paksaan atau kekerasan. Saat ini, Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar menyediakan kuota santri baru tingkat Tarbiyatul Muâallimin/Muâallimat al-Islamiyyah. Ini adalah pendidikan khusus Islam setingkat MTs dan MA dengan kuota 250 orang untuk setiap jenjang. Ponpes ini hanya membuka pendaftaran untuk kuota asrama karena kelas non-asrama sudah ditiadakan. Mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, hingga kini Pondok Pesantren Walisongo Ngabar sudah memiliki fasilitas lengkap dan beberapa terbilang mewah untuk kelas ponpes. Fasilitas publik ini dibuat supaya para santri betah dan termotivasi dalam mengemban ilmu agama Islam maupun akademik. Berikut fasilitas Pondok Pesantren Walisongo Ngabar. Fasilitas Pondok Pesantren Walisongo Ngabar Asrama Sunan Ampel asrama putra dengan 18 kamar dan kantor majelis pembimbing santri. Asrama Madinah asrama putra yang diperuntukkan bagi santri baru kelas 1. Asrama Fatimah Az-Zahra asrama putri untuk santri baru kelas 1. Asrama Siti Hajar asrama putri 3 lantai dengan 12 kamar. Olahraga lapangan basket, voli, futsal, dan sepakbola. Kantor & hall sebagai fasilitas penunjang belajar mengajar siswa sekaligus tempat silaturahmi wali santri. Ngabar Laundry tempat untuk mencuci baju bagi para santri yang dilengkapi dengan mesin cuci dan pengering berkapasitas besar. Ngabar Food Production sebagai dapur sekaligus pusat produksi makanan untuk para santri. Restroom merupakan tempat cuci, kamar mandi, toilet, dan area menjemur pakaian yang terbagi menjadi dua, yakni khusus putra dan putri. Dengan fasilitas yang sangat lengkap, pastinya para santri akan betah tinggal di Pondok Pesantren Walisongo Ngabar. Lalu, apa saja syarat pendaftaran menjadi santri di ponpes tersebut? Berikut rinciannya. Masjid Ponpes Walisongo Ngabar sumber detikSyarat Pendaftaran Pondok Pesantren Walisongo Ngabar Menyiapkan biaya pendaftaran. Menyiapkan fotokopi KTP Ayah dan Ibu. Menyiapkan fotokopi KK kartu keluarga menyiapkan fotokopi akta kelahiran. Menyiapkan scan KTP ayah dan ibu asli. Menyiapkan scan KK kartu keluarga asli. Menyiapkan scan akta kelahiran asli. Surat keterangan lulus/rapor terakhir. Surat keterangan sehat dari dokter. Foto 3 x 4 putri berjilbab putih segi empat, putra berdasi hitam kemeja putih. Alur Pendaftaran Pondok Pesantren Walisongo Ngabar Membuat akun pendaftaran dan mengisi data. Melengkapi data pendaftaran secara online di Membayar biaya pendaftaran Melakukan tes kepribadian secara online dan mengisi formulir hasil tes kepribadian. Melakukan tes tulis pemetaan akademik. Interview santri dan wali. Tes akademik online. Pengumuman kelulusan. Daftar ulang. Pemberkasan offline. Selain melengkapi persyaratan pendaftaran di atas, untuk menjadi santri Pondok Pesantren Walisongo Ngabar, Anda harus membayar biaya pendidikannya. Sayangnya, saat dihubungi, pihak ponpes belum merilis data resmi biaya masuknya untuk tahun ajaran 2023/2024. Sebagai acuan, berikut kami rinci biaya masuk Pondok Pesantren Walisongo Ngabar tahun ajaran 2022/2023 lalu. Kegiatan Pondok Pesantren Walisongo Ngabar sumber Ngabar TVBiaya Pondok Pesantren Walisongo Ngabar Komponen Biaya Pondok Pesantren Walisongo Ngabar Biaya Pendaftaran Registrasi Santri Putra Santri Putri informasi biaya Pondok Pesantren Walisongo Ngabar di atas kami rangkum dari situs resminya. Sebagai perbandingan, tahun ajaran 2021/2022, biaya registrasi santri putra sebesar Rp7,37 juta, sedangkan biaya registrasi santri putri sebesar Rp7,87 juta. Biaya tersebut sudah mencakup infaq pengembangan institusi, SPP bulan pertama, kasur, lemari, kain seragam, buku pelajaran, dan kebutuhan dasar lainnya. Jadwal Pendaftaran Pondok Pesantren Walisongo Ngabar TA 2023/2024 Kegiatan Tanggal Pendaftaran 1 November â 31 Desember 2022 Ujian Seleksi TPA dan Wawancara di PPWS Ngabar 8,14,15 Januari 2023 Ujian Seleksi TPA dan Wawancara di Depok, Palembang, Pangkalan Bun, Lombok, Palu 22 Januari 2023 Untuk informasi lebih jelas mengenai pendaftaran Pondok Pesantren Walisongo Ngabar, Anda bisa langsung ke lokasi, mengunjungi websitenya di laman atau menghubungi panitia penerimaan santri baru melalui telepon di nomor 0813 3807 9629 putra dan 0852 3365 1747 putri. [Update Ditta] [1] Paturohman, Irfan. 2012. Peran Pendidikan Pondok Pesantren dalam Perbaikan Kondisi Keberagamaan di Lingkungannya Studi Deskriptif pada Pondok Pesantren Dar Al-Taubah, Bandung. Jurnal Tarbawi, Vol. 11 65-74. Pos terkaitSyarat & Update Biaya Pembuatan Kartu Kuning AK-1Update Harga Diva Family Karaoke Cabang MalangUpdate Biaya Kursus Bahasa Jepang di JakartaBiaya Homeschooling di Malang TA 2023/2024Pendaftaran dan Biaya S3 BINUS University TA 2023/2024Update Harga Tiket Bus Murni Jaya
Pesantren Al-Ittifaq menjadi contoh bagaimana sebuah institusi keagamaan mampu mandiri dalam sektor pangan dengan bertani. Selain mengaji, santrinya juga diajari bercocok tanam. Bahkan, Al-Ittifaq bisa mendistribusikan hasil pertaniannya ke pasar tradisional dan swalayan di daerahnya. Oleh Aminuddin Bandung, JAWA BARAT. Pondok pesantren sebagai tempat menimba ilmu agama terdengar biasa saja, tapi bagaimana dengan ponpes yang memupuk santrinya untuk juga belajar ilmu pertanian. Hal itulah yang diterapkan oleh Pondok Pesantren ponpes Al-Ittifaq, yang berlokasi di kampung Ciburial, Alam Endah, Rancabali, Kabupaten Bandung. Di pertenganah Juni 2020, di sebuah ruangan di pesantren yang digunakan sebagai ruang pengemasan, empat santri terlihat sibuk memilah sayur-sayuran. Tepat di tengah ruangan pengemasan tersebut terdapat meja berbentuk huruf Uâ dan diatasnya tertumpuk aneka sayuran, baik yang sudah dikemas ataupun yang masih berada dalam keranjang sayuran. Celemek berwarna hitam terpasang menutupi bagian dada hingga lutut para santri. Selain menggunakan sarung tangan berbahan karet dan masker, kopiah pun tampak melekat menutupi bagian atas kepala santri-santri itu. Di bagian depan meja yang menghadap ke pintu masuk, salah satu santri sibuk memilah buncis yang memenuhi sebuah keranjang sayuran berukuran 60Ă40 cm. Di bagian kanan meja, santri lainnya memilah dan menimbang terong ungu, kemudian mengemasnya. Ruang pengemasan menjadi tempat bagi sebagian santri Al-Ittifaq melakukan aktifitas sehari-hari mereka. Biasanya, mereka bergiliran bekerja mengemas sayuran sejak pagi hari sehabis salat subuh hingga malam hari. Ketua Koperasi Pondok Pesantren Koponoen Al-Ittifaq, Agus Setia Irawan mengatakan berkebun dan beternak memang masuk dalam kurikulum pesantren. Bagi santri salaf di Al-Ittifaq, kegiatan mengaji hanya dilakukan setelah salat berjamaah lima waktu. âIstilahnya bertani menjadi bagian kurikulum di pesantren salaf atau tradisional. Jadi ngajinya itu selesai baâda salat, sisa waktunya kita gunakan untuk kegiatan pertanian, packaging, peternakan juga,â kata Agus saat ditemui di Ponpes Al-Ittifaq, Kamis 18/6/2020. Beberapa santri Ponpes Al Ittifaq sedang sibuk mengemas aneka sayuran di ruang pengemasan Kopontren Al Ittifaq di Rancabali, Kabupaten Bandung 18/6/2020. Sumber Aminuddin Santri Al-Ittifaq dibagi menjadi tiga kelompok. Yang pertama bertugas di perkebunan untuk menanam, merawat hingga memanen hasil pertanian. Yang kedua, bertugas mengolah pasca panen meliputi pengemasan hingga mengurus rantai distribusi. Yang terakhir, bertugas mengurus ternak. Al-Ittifaq diasuh oleh Kiai Haji Fuad Affandi yang merupakan generasi ketiga pendiri ponpes Al-Ittifaq, pesantren yang sudah berdiri di kawasan dataran tinggi Rancabali sejak 1934. âAwal berdirinya ponpes Al-Ittifaq adalah pesantren yang hanya fokus pada pendidikan keagamaan,â jelas Fuad yang lebih akrab di panggil Mang Haji. Sepulangnya Mang Haji dari menimba ilmu di Ponpes Lasem, Jawa Tengah di tahun 1970, ia diberi mandat untuk mengganti peran bapaknya, Abah Haji Rifai sebagai pengasuh Ponpes. Di awal kepimpinannya, ia merubah kurikulum pesantren. Dasar pemikirannya sederhana, yaitu bagaimana caranya agar pesantren bisa lebih mandiri. Kala itu, bukanlah pekerjaan mudah untuk bisa menghidupi puluhan santri yang belajar di Al-Ittifaq. Alhasil pertanian pun dipilih Fuad untuk memenuhi kebututuhan pangan santrinya. âSantri semakin banyak, sedangkan namanya pesantren apalagi salafiyah kita tidak mengenakan biaya, jadi orang tua mengirimkan anaknya ke pesantren, maka jadi tanggungan pesantren,â bebernya. Al-Ittifaq kini memiliki luas lahan pertanian sekitar 11 hektar. Sebagian besar berada di sekitaran ponpes. Al-Ittifaq kini menjadi contoh pesantren yang mandiri di sektor pangan, dengan mengandalkan hasil pertanian dan peternakan sendiri untuk menghidupi santri sebanyak kurang lebih 550 orang. âKita juga dapat hibah dari Perhutani seluas 30 hektar, itu statusnya HGU, dan sedang ditanami kopi,â ungka Mang Haji. Bahkan, dengan produksi sayur-mayurnya yang melimpah, Al-Ittifaq mampu menjual sayuran ke pasar tradisional dan swalayan di Bandung dan juga Jakarta. Saat ini Al-Ittifaq menjual sebanyak 63 jenis sayuran dan buah-buahan yang disalurkan ke gerai swalayan. Per harinya, Al-Ittifaq memasok 3,2 ton sayuran ke pasar. Sebanyak 60 persen menuju pasar tradisional, sedangkan sisanya menuju swalayan, restoran, dan hotel. Hasil pejualan sayuran itu diputarkan lagi oleh koperasi ponpes Al-Ittifaq sebagai modal pertanian, kebutuhan makan santri, dan kegiatan lain di pesantren seperti nikah masal, sunat masal, dan acara2 peringatan keagamaan seperti Maulis Nabi dan sebagainya. Pengembangan pasar melalui jaringan ponpes Butuh puluhan tahun bagi Al-Ittifaq agar bisa mandiri bahkan menjadi pemain kecil dalam menjaga ketahanan pangan di Indonesia. Jangkauan pasar yang mampu diakses Al-Ittifaq pun sudah semakin luas. Tingginya permintaan pasar, membuat Al-Ittifaq terus berevolusi menjadi pemasok sayuran mengandalkan jaringan ponpes. Agus menjelaskan, sekarang tidak semua sayuran yang dijual ke pasar merupakan hasil cocok tanam di Al-Ittifaq. Namun, pesantren kini juga sudah menjadi offtaker dari beberapa kelompok tani binaan Al-Ittifaq. Kepala Koperasi Pondok Pesantren Al Ittifaq, Agus Setia irawan menunjukan salah satu sayuran hasil pertanian di ruang pengemasan Kopontren Al Ittifaq di Rancabali, Kabupaten Bandung 18/6/2020. Sumber Aminuddin Ada 9 kelompok tani, dengan jumlah total anggota sebesar 270 petani, yang dibina Al-Ittifaq. Mereka merupakan alumni Al-Ittifaq di Kabupaten Bandung, Bandung Barat, dan Cianjur. Kesembilan kelompok tani ini rutin mengirimkan hasil tani mereka dua kali dalam sepekan. âJadi karena ada ikatan antara kyai dan santrinya, kita tetap ada kegiatan keagamaan. Tiap malam Selasa dan malam Jumat, ada pengajian di pesantren. Selain mereka membawa hasil pertanian ke sini, mereka pun ngaji mingguan,â jelas Agus. Toat 40, petani binaan Al-Ittifaq, mengatakan kehadiran koperasi Al-Ittifaq telah sangat membantu dirinya. Sebelumnya,Toat biasa menyalurkan hasil pertanian ke tengkulak dengan harga murah. Namun, kini Toat menyalurkan komoditasnya melalui Al-Ittifaq dan menerima harga yang lebih layak. Toat bertani di lahan miliknya sendiri yang seluas sekitar 14 tumbak, atau hampir 200 meter persegi, dan memasok sekitar 6 jenis sayur-sayuran â selada, daun salam, daun pisang, wortel baby, pohpohan, dan buah bit. âHarga jualnya jauh. Saya kan packing sendiri itu per kg Rp untuk selada kriting. Itu kan kalau di pasar tradisional selada dijual ke bandar Rp. 5 ribu, tapi sekarang saya masih bisa jual lebih mahal,â kata Toat. Dalam skala lebih luas, sejak 2019, Al-Ittifaq bekerjasama dengan 16 pesantren lainnya untuk memaksimalkan potensi pertanian. Targetnya, adalah pada tahun 2024, Al-Ittifaq dan ke-16 pesantren itu bisa menjadikan Indonesia sebagai poros ekonomi syariah dunia. â[Tahun] 2019, kita coba transfer of knowledge, 2020 kita bikin greenhouse di 16 pesantren, nah Al-Ittifaq tidak punya anggaran, rata-rata satu pesantren butuh modal sekitar Rp 350 juta, kita coba ngobrol ke BI Departemen Ekonomi Keuangan Syariah, mereka support,â ungkap Agus. Salah satu pesantren yang bekerjasama dengan Al-Ittifaq, ponpes Bahrul Ulum, Jatinagara, Ciamis, menganggap kerjasama itu sangat menguntungkan karena membantu memaksimalkan potensi lahan yang dimilki pesantren. Bahrul Ulum memiliki lahan pertanian seluas 3 hektar. Kini sebagian lahan itu ditanami labu madu dan aneka sayuran khas dataran rendah. âKami benar-benar terbantu dengan adanya bantuan kerjasama dengan Al-Ittifaq, sekarang kami bisa memaksimalkan potensi lahan yang kami miliki,â kata pimpinan ponpes Bahrul Ulum, Heri Heriyanto 45. Mereka berencana memiliki gudang hasil pertanian pada tahun 2022. Lalu, tahun berikutnya mereka ingin membangun pusat distribusi hasil pertanian di Majalengka. Maka pada tahun 2024, mereka menargetkan bisa mulai melakukan ekspor. Tiga langkah dari pinggir kantor Koperasi Al-Ittifaq, terdapat dua petak kolam ikan berukuran sekitar 30Ă40 meter. Ikan disana biasa ditangkap oleh santri untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka. Berjarak sekitar 50 meter dari Koperasi Pondok Pesantren Kopontren, berdiri megah beberapa greenhouse milik Al-Ittifaq. Udara terasa dingin saat Ekuatorial berkesempatan berkunjung ke salah satu greenhouse milik pesantren ini. Diantar oleh Muhammad Ruslan 28, santri yang bertugas di kebun, kami melewati pemukiman warga sebelum akhirnya tiba di greenhouse. Tidak ada batas seperti benteng ataupun pagar antara pemukiman warga dengan bangunan pesantren. Di dalam greenhouse, berjejer memanjang bedeng yang ditanami sayuran jenis bayam Jepang dan pakcoy. Di bagian tengah terdapat enam tong berwarna biru, berukuran jumbo berisi campuran air dan berbagai pupuk cair. Di pojok lainnya, ada mesin berbentuk persegi yang mampu mengendalikan penyiraman tanaman secara otomatis. Di atas mesin itu tergantung router wifi. âSistem irigasi dan pemberian pupuk bisa otomatis. Ini bisa dikendalikan dari jarak jauh, ada aplikasinya di handphone,â jelas Ruslan. Salah satu greenhouse milik Pesantren Al Ittifaq, di Desa Alam Endah, Rancabali, Kabupaten Bandung, 18/6/2020. Sumber Aminuddin Menurut Agus, mentor yang melatih santri bercocok tanam berasal dari organisasi nirlaba bernama PUM Netherland Senior Expert. Selain itu, Ponpes pun didampingi pakar pertanian dari Japan International Cooperation Agency JICA. Menurutnya, ketahanan pangan bisa terwujud kalau ada kesinambungan antara satu faktor dengan faktor lainnya. Makanya, sistem bertani dilakukan secara permakultur, dimana penanaman bermacam sayuran didesain agar terjadi kesinambungan dan stok pangan bisa terjaga sepanjang tahun. Konsep ramah lingkungan termasuk dalam sistem permakultur. Praktisi Ketahanan Pangan Yayasan Odesa, Basuki Suhardiman mengatakan sistem pertanian yang digagas Al-Ittifaq bisa menjadi contoh bagaimana pengentasan masalah ketahanan pangan dilakukan dari sebuah institusi keagamaan. Menurutnya, Mang Haji mampu menerapkan nilai ajaran Islam ke dalam konsep pertanian. âApa yang dilakukan Al-Ittifaq itu contoh. Menurut saya pesantren yang seperti itu baru Al-Ittifaq, di Jabar. Dia punya lahan terbatas, ya udah pakai, bekas sisa makanan dijadikan pupuk untuk tanah. Itu dilakukan oleh Al-Ittifaq,â tukasnya. âIni kan dari value Islam, jangan ada yang mubazir, itu teman setan, Kyai Fuad selalu bilang seperti itu,â tambahnya. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Tisna Umbara, mengatakan Al-Ittifaq menjadi pesantren percontohan bagi pesantren lain dalam mengembangkan pertanian modern. âJadi kalau Al-Ittifaq mah sudah menjadi contoh pesantren. Kan itu unik ya ada kegiatan selain mengaji ada juga kegiatan pertanian yang luar biasa,â kata Tisna. Tidak terlalu terdampak pandemi Covid-19 Hampir seluruh sektor bisa dibilang lesu akibat pandemic COVID-19 yang kini menjangkiti dunia. Namun, tidak demikian dengan kegiatan pertanian di Al-Ittifaq. âKalau aktivitas secara di lapangan tidak berubah, social distancing di kebun pasti jauh-jauh. Proses pasca panen kita disini dinilai oleh Albert Heijn perusahaan retail Belanda,â ucap Agus. Meskipun rantai pasokan Al-Ittifaq sempat terputus saat terjadi pandemi, dimana mereka tidak bisa mengirim barang untuk restoran dan hotel, tapi hal itu kemudian ditutupi oleh layanan belanja sayuran secara daring. âKalau kitanya bersyukur, semua ada hikmahnya, contohnya sekarang Al-Ittifaq punya pasar online di ungka Agus. Petani asal Kabupaten Bandung, Hudan Mustakim 30 mengatakan wabah tidak terlalu berdampak pada sektor pertanian. Justru, Hudan mengaku cukup diuntungkan saat pandemi lantaran bisa menjual komoditasnya dengan harga tidak terlalu murah. âKemarin tanam tomat, alhamdulillah harga cukup bagus, per kg bisa terjual Rp ke bandar. terus kan ditutup juga distribusi dari daerah lain jadi distribusi sayuran disini untuk pasar di wilayah Bandung cukup aman,â tukasnya. *Versi panjang dari liputan ini telah diterbitkan di pada tanggal 25 Juli 2020.
Bersama Ini Kami Sampaikan Informasi Tentang Biaya Masuk Pondok Pesanstren Yanbuâul Qurâan Kudus TA 2023/2024, sebagai berikut Pondok Pesantren Yanbuâul Qurâan Kudus merupakan sebuah fenomena dalam dunia Tahfidz Qurâan di Indonesia. Dimana pendiri pesantren KH. Arwani Amin berguru kepada KH. Munawwie Krapyak dan KH. Hasyim Asyari Tebu Ireng sehingga mempunyai trah pesantren besar. Ponpes Yanbuâul Qurâan Kudus yaitu bukan hanya persoalan tahfiz Qurâan saja, namun justru tahfidz Qurâan khusus anak-anak. Hal ini dikarenakan di Indonesia belum banyak tersedia pesantren tahfidz Qurâan khusus anak usia sekitar 7 tahun. Seperti halnya pondok pesantren pada umumnya, tentunya Ponpes Yanbuâul Qurâan Kudus setiap tahun ajaran baru membuka kesempatan kepada para calon santri yang hendak melanjutkan jenjang pendidikannya. Akan tetapi, tentunya terdapat syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi ketika ingin mendaftar di ponpes tersebut, terutama tentang biayanya. Program Pendidikan Ponpes Yanbuâul Qurâan Kudus Program Tahfidz Setoran ziyadah dan murojaâah sehari 3x. Program Kitab Salaf Pengajian Kitab Salaf Setiap Sore. Program Takhassus Pendalaman Nahwu dan Sharaf serta ngaji qiraâat sabâah bagi santri. Pendidikan Formal Sekolah pagi di MTs dan MA NU TBS Kudus. Syarat Masuk Ponpes Yanbuâul Qurâan Kudus Sudah mampu membaca Al-Qurâan sesuai tajwid. Mengisi formulir pendaftaran secara online. Scan Akta Kelahiran. Scan Kartu Keluarga. Scan kartu NISN. Scan KTP kedua orang tua. Pas foto 3Ă4 background merah berpeci hitam. Scan surat bersikap baik dari sekolah atau pondok pesantren. Scan piagam atau sertifikat penghargaan jika ada. Catatan File scan syarat masuk Ponpes Yanbuâul Qurâan Kudus berupa softcopy PDF. Cara Daftar Ponpes Yanbuâul Qurâan Kudus Kurang lengkap rasanya apabila sudah mengetahui sejumlah syarat dan ketentuan masuk Ponpes Yanbuâul Qurâan Kudus, namun tidak mengerti bagaimana tata cara pendaftarannya. Seperti sudah disinggung sebelumnya, kini pendaftaran santri baru di Pondok Pesantren Yanbuâul Qurâan Kudus sudah bisa dilakukan secara online melalui situs resminya. Setelah melakukan pendaftaran online, nantinya calon santri atau calon peserta didik akan menjalani tes seleksi masuk Ponpes Yanbuâul Qurâan Kudus. Setelah calon santri dinyatakan lulus seleksi masuk Ponpes Yanbuâul Qurâan Kudus, maka mereka akan diminta untuk melakukan daftar ulang sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Setelah mengetahui sejumlah syarat dan ketentuan hingga tata cara daftar santri baru di Ponpes Yanbuâul Qurâan Kudus untuk semua jenjang pendidikannya, maka selanjutnya kalian tinggal mencari tahu berapa besar biaya pendidikannya. Adapun biaya masuk Ponpes Yanbuâul Qurâan Kudus sendiri terdiri dari beberapa komponen. Diantaranya yaitu seperti biaya pendaftaran, uang pangkal, seragam pondok, uang pengembangan, iuran OSIS dan lain sebagainya. Daripada penasaran, langsung saja perhatikan baik-baik besaran biaya masuk Ponpes Yanbuâul Qurâan Kudus untuk semua jenjang pendidikannya berikut ini. Biaya Pendaftaran Peserta didik baru di Ponpes Yanbuâul Qurâan Kudus mendaftarkan diri, maka mereka akan diminta untuk membayar biaya biaya pendaftaran atau biaya registrasi sebesar Rp Dimana biaya ini digunakan untuk biaya administrasi dan karantina calon santri baru selama 4 hari. Biaya Daftar Ulang Komponen Biaya Uang Pangkal Rp Seragam Pondok Rp Syahriyah Rp Uang Pengembangan Rp Iuran OSIS Rp Orientasi Siswa Baru Rp TOTAL Rp Kontak Ponpes Yanbuâul Qurâan Kudus Telepon 0291 445 161 Email [email protected] Facebook yanbuulqurankudus Instagram yanbuulqurankudus Demikian kami sampaikan informasi Biaya Masuk Pondok Pesanstren Yanbuâul Qurâan Kudus TA 2023/2024, semoga bermanfaat.
biaya masuk ponpes al ittifaq