Hadits shahih ini mengajarkan banyak hikmah bagi umat Islam, salah satunya perintah sholat. Para sahabat tersebut adalah Anas bin Malik, Abu Dzar, Malik bin Sha'sha'ah, Ibnu 'Abbas, Jabir, Abu
Diantara hadits lain yang menguatkannya adalah hadits berikut ini: ۷٣ - لاَيُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتّٰى يُحِبَّ ِلاَخِيْهِ مَايُحِبُّ لِنَفْسِهِ ا [ مِنَ الْخَيْرِ ] "Seseorang di antara kamu belum dikatakan beriman dengan sempurna kecuali jika ia telah mencintai (kebaikan) saudaranya seperti ia mencintai kebaikannya sendiri."
Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Muqatil] berkata, telah mengabarkan kepada kami ['Abdullah] berkata, telah mengabarkan kepada kami [Abu Bakar bin Utsman bin Sahl bin Hunaif] berkata, "Aku mendengar [Abu Umamah bin Sahl] berkata, "Kami pernah shalat Zhuhur bersama 'Umar bin 'Abdul 'Aziz. Setelah selesai kami keluar mendatangi [Anas bin Malik], dan saat itu kami dapati mereka sedang
Hadits ini hanya diketahui dari Ibnu An’um Al-Ifriqiy, dari ‘Abdullah bin Yaziid, dari ‘Abdullah bin ‘Amr” [selesai – lihat Miizaanul-I’tidaal 2/430 no. 4356]. Ath-Thabaraniy berkata : “Tidak ada yang meriwayatkannya dari Yahya kecuali ‘Abdullah bin Sufyaan”.
إذا تزوج العبد فقد استكمل نصف الدين فليتق الله في النصف الباقي. “Ketika seorang hamba menikah, berarti dia telah menyempurnakan setengah agamanya. Maka bertakwalah kepada Allah pada setengah sisanya.”. Status Hadis: Ulama berbeda pendapat dalam menilai keabsahan hadis ini. Banyak yang
Abu Hanifa was born at least 60 years after the death of Muhammad, but during the time of the first generation of Muslims, some of whom lived on until Abu Hanifa's youth. Anas ibn Malik, Muhammad's personal attendant, died in 93 AH and another companion, Abul Tufail Amir bin Wathilah, died in 100 AH, when Abu Hanifa was at least 20 years old.
tkriqz. Origin is unreachable Error code 523 2023-06-15 004657 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d76cc6b18f9b8c6 • Your IP • Performance & security by Cloudflare
KEDUDUKAN HADITS TUJUH PULUH TIGA GOLONGAN UMMAT ISLAMOleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas حفظه اللهMUQADDIMAH Akhir-akhir ini kita sering dengar ada beberapa khatib dan penulis yang membawakan hadits tentang tujuh puluh dua golongan ummat Islam masuk Neraka dan hanya satu golongan ummat Islam yang masuk Surga adalah hadits yang lemah, dan mereka berkata bahwa yang benar adalah hadits yang berbunyi bahwa tujuh puluh golongan masuk Surga dan satu golongan yang masuk Neraka, yaitu kaum zindiq. Mereka melemahkan atau mendha’ifkan hadits perpecahan ummat Islam menjadi tujuh puluh golongan, semua masuk Neraka dan hanya satu yang masuk Surga’ disebabkan tiga hal Karena pada sanad-sanad hadits tersebut terdapat jumlah bilangan golongan yang celaka itu berbeda-beda, misalnya; satu hadits menyebutkan tujuh puluh dua golongan yang masuk Neraka, dalam hadits yang lainnya disebutkan tujuh puluh satu golongan dan dalam hadits yang lainnya lagi disebutkan tujuh puluh golongan saja, tanpa menentukan makna/isi hadits tersebut tidak cocok dengan akal, mereka mengatakan bahwa semestinya mayoritas ummat Islam ini menempati Surga atau minimal menjadi separuh penghuni tulisan ini, insya Allah, saya akan menjelaskan kedudukan sebenarnya dari hadits tersebut, serta penjelasannya dari para ulama Ahli Hadits, sehingga dengan demikian akan hilang ke-musykil-an yang ada, baik dari segi sanadnya maupun HADITS TENTANG TERPECAHNYA UMMAT ISLAM Apabila kita kumpulkan hadits-hadits tentang terpecahnya ummat menjadi 73 tujuh puluh tiga golongan dan satu golongan yang masuk Surga, lebih kurang ada lima belas hadits yang diriwayatkan oleh lebih dari sepuluh Imam Ahli Hadits dari 14 empat belas orang Shahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. YaituAbu Hurairah radhiyallahu bin Abi Sufyan radhiyallahu anhu.Abdullah bin Amr bin al-Ash radhiyallahu anhuma.Auf bin Malik radhiyallahu Umamah al-Bahili radhiyallahu anhu.Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu bin Abdillah radhiyallahu bin Abi Waqqash radhiyallahu Darda’ radhiyallahu bin Asqa’ radhiyallahu anhu.Amr bin Auf al-Muzani radhiyallahu bin Abi Thalib radhiyallahu Musa al-Asy’ari radhiyallahu bin Malik radhiyallahu dari hadits-hadits tersebut adalah sebagai berikutHADITS PERTAMA Hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhuعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِفْتَرَقَ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً، وَتَفَرَّقَتِ النَّصَارَى عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda, Kaum Yahudi telah terpecah menjadi tujuh puluh satu 71 golongan atau tujuh puluh dua 72 golongan, dan kaum Nasrani telah terpecah menjadi tujuh puluh satu 71 atau tujuh puluh dua 72 golongan, dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga 73 Hadits ini diriwayatkan olehAbu Dawud, Kitab as-Sunnah, I-Bab Syarhus Sunnah no. 4596, dan lafazh hadits di atas adalah lafazh Abu Kitabul Iman, 18-Bab Maa Jaa-a fiftiraaqi Haadzihil Ummah, no. 2778 dan ia berkata “Hadits ini hasan shahih.” Lihat kitab Tuhfatul Ahwadzi VII/397-398.Ibnu Majah, 36-Kitabul Fitan, 17-Bab Iftiraaqil Umam, no. Ahmad, dalam kitab Musnad II/332, tanpa menyebutkan kata “Nashara.”Al-Hakim, dalam kitabnya al-Mustadrak, Kitabul Iman I/6, dan ia berkata “Hadits ini banyak sanadnya, dan berbicara tentang masalah pokok agama.”Ibnu Hibban, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Mawaariduzh Zhamaan, 31-Kitabul Fitan, 4-Bab Iftiraqil Ummah, hal. 454, no. Ya’la al-Maushiliy, dalam kitabnya al-Musnad Musnad Abu Hurairah, no. 5884 cet. Daarul Kutub Ilmiyyah, Beirut.Ibnu Abi Ashim, dalam kitabnya as-Sunnah, 19-Bab Fii ma Akhbara bihin Nabiyyu -Shallallaahu alaihi wa sallam- anna Ummatahu Sataftariqu, I/33, no. Baththah, dalam kitab Ibanatul Kubra Bab Dzikri Iftiraaqil Umam fii Diiniha, wa ala kam Taftariqul Ummah? I/374-375 no. 273 tahqiq Ridha Na’san Mu’ dalam kitab asy-Syari’ah Bab Dzikri Iftiraqil Umam fii Diinihi, I/306 no. 22, tahqiq Dr. Abdullah bin Umar bin Sulaiman Hadits a. Muhammad bin Amr bin Alqamah bin Waqqash Abu Hatim berkata “Ia baik haditsnya, ditulis haditsnya dan dia adalah seorang Syaikh guru.”Imam an-Nasa-i berkata “Ia tidak apa-apa yakni boleh dipakai, dan ia pernah berkata bahwa Muhammad bin Amir adalah seorang perawi yang tsiqah.”Imam adz-Dzahabi berkata “Ia adalah seorang Syaikh yang terkenal dan hasan haditsnya.”Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani berkata “Ia seorang perawi yang benar, hanya padanya ada beberapa kesalahan.” Lihat al-Jarhu wat Ta’dilu VIII/30-31, Mizaanul I’tidal III/ 673 no. 8015, Tahdzibut Tahdzib IX/333-334, Taqribut Tahdzib II/119 no. 6208.b. Abu Salamah, yakni Abdurrahman bin Auf Beliau adalah seorang perawi yang tsiqah, Abu Zur’ah berkata “Ia seorang perawi yang tsiqah.” Lihat Tahdzibut Tahdzib XII/115, Taqribut Tahdzib II/409 no. 8177.Derajat Hadits Hadits di atas derajatnya hasan, karena terdapat Muhammad bin Amr, akan tetapi hadits ini menjadi shahih karena banyak at-Tirmidzi berkata “Hadits ini hasan shahih.”Imam al-Hakim berkata “Hadits ini shahih menurut syarat Muslim dan keduanya yakni al-Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya.” Dan al-Hafizh adz-Dzahabi pun menyetujuinya. Lihat al-Mustadrak Imam al-Hakim Kitaabul Ilmi I/128.Ibnu Hibban dan Imam asy-Syathibi telah menshahihkan hadits di atas dalam kitab al-I’tisham II/189.Imam Muhammad Nashiruddin al-Albany juga telah menshahihkan hadits di atas dalam kitab Silsilah Ahaadits ash-Shahiihah no. 203 dan kitab Shahih at-Tirmidzi no. KEDUA Hadits Mu’awiyah bin Abi Sufyan عَنْ أَبِيْ عَامِرٍ الْهَوْزَنِيِّ عَبْدِ اللهِ بْنِ لُحَيِّ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ أَبِيْ سُفْيَانَ أَنَّهُ قَامَ فِيْنَا فَقَالَ أَلاَ إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ فِيْنَا فَقَالَ أََلاَ إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ اِفْتَرَقُوْا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ. ثِنْتَانِ وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَهِيَ الْجَمَاعَةُ .Dari Abu Amir al-Hauzaniy Abdillah bin Luhai, dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan, bahwasanya ia Mu’awiyah pernah berdiri di hadapan kami, lalu ia berkata “Ketahuilah, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah berdiri di hadapan kami, kemudian beliau bersabda, “Ketahuilah sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari Ahli Kitab Yahudi dan Nasrani terpecah menjadi 72 tujuh puluh dua golongan dan sesungguhnya ummat ini akan berpecah belah menjadi 73 tujuh puluh tiga golongan, adapun yang tujuh puluh dua akan masuk Neraka dan yang satu golongan akan masuk Surga, yaitu “al-Jama’ah.”Keterangan Hadits ini diriwayatkan olehAbu Dawud, Kitabus Sunnah Bab Syarhus Sunnah no. 4597, dan lafazh hadits di atas adalah dari dalam kitab Sunan-nya II/241 Bab fii Iftiraqi Hadzihil Ahmad, dalam Musnad-nya IV/102.Al-Hakim, dalam kitab al-Mustadrak I/128.Al-Ajurri, dalam kitab asy-Syari’ah I/314-315 no. 29.Ibnu Abi Ashim, dalam Kitabus Sunnah, I/7 no. Baththah, dalam kitab al-Ibaanah an Syari’atil Firqah an-Najiyah I/371 no. 268, tahqiq Ridha Na’san Mu’thi, Darur Rayah 1415 dalam kitab Syarah Ushul I’tiqad Ahlus Sunah wal Jama’ah I/113-114 no. 150, tahqiq Dr. Ahmad bin Sa’id bin Hamdan al-Ghaamidi, cet. Daar Thay-yibah th. 1418 dalam kitab al-Hujjah fii Bayanil Mahajjah pasal Fii Dzikril Ahwa’ al-Madzmumah al-Qismul Awwal I/107 no. Ahli Hadits di atas telah meriwayatkan dari jalan Shafwan bin Amr, ia berkata “Telah menceritakan kepadaku Azhar bin Abdillah al-Hauzani dari Abu Amr Abdullah bin Luhai dari Mu’awiyah.”Perawi HaditsShafwan bin Amr bin Haram as-Saksaki, ia telah dikatakan tsiqah oleh Imam al-Ijliy, Abu Hatim, an-Nasa-i, Ibnu Sa’ad, Ibnul Mubarak dan bin Abdillah al-Harazi, ia telah dikatakan tsiqah oleh al-Ijliy dan Ibnu Hibban. Al-Hafizh adz-Dzahabi berkata “Ia adalah seorang Tabi’in dan haditsnya hasan.” Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata “Ia shaduq orang yang benar dan ia dibicarakan tentang Nashb.” Lihat Mizaanul I’tidal I/173, Taqribut Tahdzib I/75 no. 308, ats-Tsiqat hal. 59 karya Imam al-Ijly dan kitab ats-Tsiqat IV/38 karya Ibnu Hibban.Abu Amir al-Hauzani ialah Abu Amir Abdullah bin Luhai. • Imam Abu Zur’ah dan ad-Daruquthni berkata “Ia tidak apa-apa yakni boleh dipakai.” • Imam al-Ijliy dan Ibnu Hibban berkata “Dia orang yang tsiqah.” • Al-Hafizh adz-Dzahabi dan Ibnu Hajar al-Asqalani berkata “Ia adalah seorang perawi yang tsiqah.” Lihat al-Jarhu wat Ta’dilu V/145, Tahdzibut Tahdzib V/327, Taqribut Tahdzib I/444 dan kitab al-Kasyif II/109.Derajat Hadits Derajat hadits di atas adalah hasan, karena ada seorang perawi yang bernama Azhar bin Abdillah, akan tetapi hadits ini naik menjadi shahih dengan berkata “Sanad-sanad hadits yang banyak ini, harus dijadikan hujjah untuk menshahihkan hadits ini. dan al-Hafizh adz-Dzahabi pun menyetujuinya.” Lihat al-Mustadrak I/128.Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata “Hadits ini shahih masyhur.” Lihat kitab Silsilatul Ahaadits ash-Shahiihah I/405 karya Imam Muhammad Nashiruddin al-Albany, cet. Maktabah al-Ma’arif.HADITS KETIGA Hadits Auf bin Malik Radhiyallahu عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِفْتَرَقَتِ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً فَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً فَإِحْدَى وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَتَفْتَرِقَنَّ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَاحِدَةٌ فِيْ الْجَنَّةِ وَثِنْتَانِ وَسَبْعُوْنَ فِيْ النَّارِ، قِيْلَ يَا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ هُمْ؟ قَالَ Auf bin Malik, ia berkata “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Yahudi terpecah menjadi 71 tujuh puluh satu golongan, satu golongan masuk Surga dan yang 70 tujuh puluh di Neraka. Dan Nasrani terpecah menjadi 72 tujuh puluh dua golongan, yang 71 tujuh puluh satu golongan di Neraka dan yang satu di Surga. Dan demi Yang jiwa Muhammad berada di Tangan-Nya, ummatku benar-benar akan terpecah menjadi 73 tujuh puluh tiga golongan, yang satu di Surga, dan yang 72 tujuh puluh dua golongan di Neraka,’ Ditanyakan kepada beliau, Siapakah mereka satu golongan yang masuk Surga itu wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, Al-Jama’ah.’Keterangan Hadits ini telah diriwayatkan olehIbnu Majah, dalam kitab Sunan-nya Kitabul Fitan bab Iftiraaqil Umam no. Abi Ashim, dalam kitab as-Sunnah I/32 no. dalam kitab Syarah Ushul I’tiqaad Ahlis Sunah wal Jama’ah I/113 no. telah meriwayatkan dari jalan Amr, telah menceritakan kepada kami Abbad bin Yusuf, telah menceritakan kepadaku Shafwan bin Amr dari Rasyid bin Sa’ad dari Auf bin HaditsAmr bin Utsman bin Sa’ad bin Katsir bin Dinar al-Himshi. An-Nasa-i dan Ibnu Hibban berkata “Ia merupakan seorang perawi yang tsiqah.”Abbad bin Yusuf al-Kindi al-Himsi. Ia dinyatakan tsiqah oleh Ibnu Hibban. Ibnu Adiy berkata “Ia meriwayatkan dari Shafwan dan lainnya hadits-hadits yang ia menyendiri dalam meriwayatkannya.” Ibnu Hajar berkata “Ia maqbul yakni bisa diterima haditsnya bila ada mutabi’nya.” Lihat Mizaanul I’tidal II/380, Tahdzibut Tahdzib V/96-97, Taqribut Tahdzib I/470 no. 3165.Shafwan bin Amr “Tsiqah.” Taqribut Tahdzib I/439 no. 2949.Raasyid bin Sa’ad “Tsiqah.” Tahdzibut Tahdzib III/195, Taqribut Tahdzib I/289 no. 1859.Derajat Hadits Derajat hadits ini hasan, karena ada Abbad bin Yusuf, tetapi hadits ini menjadi shahih dengan beberapa Muhammad Nashiruddin al-Albani mengatakan hadits ini shahih dalam Shahih Ibnu Majah II/364 no. 3226 cetakan Maktabut Tarbiyatul Arabiy li Duwalil Khalij cet. III thn. 1408 H, dan Silisilah al-Ahaadits ash-Shahihah no. KEEMPAT Hadits tentang terpecahnya ummat menjadi 73 golongan diriwayatkan juga oleh Anas bin Malik dengan mempunyai 8 delapan jalan sanad di antaranya dari jalan Qatadah diriwayatkan oleh Ibnu Majah no. 3993Lafazh-nya adalah sebagai berikutعَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ اِفْتَرَقَتْ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَإِنَّ أُمَّتِيْ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً؛ وَهِيَ الْجَمَاعَةُDari Anas bin Malik, ia berkata “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 71 tujuh puluh satu golongan, dan sesungguhnya ummatku akan terpecah menjadi 72 tujuh puluh dua golongan, yang semuanya berada di Neraka, kecuali satu golongan, yakni “al-Jama’ah.”Imam al-Bushiriy berkata, “Sanadnya shahih dan para perawinya tsiqah.[1]Hadits ini dishahih-kan oleh Imam al-Albany dalam shahih Ibnu Majah no. 3227. Lihat tujuh sanad lainnya yang terdapat dalam Silsilatul Ahaadits ash-Shahiihah I/360-361HADITS KELIMA Imam at-Tirmidzi meriwayatkan dalam Kitabul Iman, bab Maa Jaa-a Fiftiraaqi Haadzihil Ummah no. 2641 dari Shahabat Abdullah bin Amr bin al-Ash dan Imam al-Laalika-i juga meriwayatkan dalam kitabnya Syarah Ushuli I’tiqad Ahlis Sunnah wal Jama’ah I/111-112 no. 147 dari Shahabat dan dari jalan yang sama, dengan ada tambahan pertanyaan, yaitu “Siapakah golongan yang selamat itu?” Beliau Shallallahu alaihi wa sallam menjawabمَاأَنَا عَلَيْهِ وَ أَصْحَابِيْ“Ialah golongan yang mengikuti jejakku dan jejak para Shahabatku.”Lafazh-nya secara lengkap adalah sebagai berikutعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِيْ مَا أَتَى عَلَى بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ حَتَّى إِنْ كَانَ مِنْهُمْ مَنْ أَتَى أُمَّهُ عَلاَنِيَةً لَكَانَ فِيْ أُمَّتِيْ مَنْ يَصْنَعُ ذَلِكَ وَإِنَّ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً، قَالُوْا وَمَنْ هِيَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ Abdullah bin Amr, ia berkata “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sungguh akan terjadi pada ummatku, apa yang telah terjadi pada ummat bani Israil sedikit demi sedikit, sehingga jika ada di antara mereka Bani Israil yang menyetubuhi ibunya secara terang-terangan, maka niscaya akan ada pada ummatku yang mengerjakan itu. Dan sesungguhnya bani Israil berpecah menjadi tujuh puluh dua millah, semuanya di Neraka kecuali satu millah saja dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga millah, yang semuanya di Neraka kecuali satu millah.’ para Shahabat bertanya, Siapa mereka wahai Rasulullah?’ Beliau Shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Apa yang aku dan para Shahabatku berada di atasnya.’” Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi no. 2641, dan ia berkata “Ini merupakan hadits penjelas yang gharib, kami tidak mengetahuinya seperti ini, kecuali dari jalan ini.”Perawi Hadits Dalam sanad hadits ini ada seorang perawi yang lemah, yaitu Abdur Rahman bin Ziyad bin An’um al-Ifriqiy. Ia dilemahkan oleh Yahya bin Ma’in, Imam Ahmad, an-Nasa-i dan selain mereka. Ibnu Hajar al-Asqalani berkata “Ia lemah hafalannya.” Tahdzibut Tahdzib VI/157-160, Taqribut Tahdzib I/569 no. 3876.Derajat Hadits Imam at-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan, karena banyak syawahid-nya. Bukan beliau menguatkan perawi di atas, karena dalam bab Adzan beliau melemahkan perawi ini. Lihat Silsilatul Ahaadits ash-Shahiihah no. 1348 dan kitab Shahih Tirmidzi no. 2129.KESIMPULAN Kedudukan hadits-hadits di atas setelah diadakan penelitian oleh para Ahli Hadits, maka mereka berkesimpulan bahwa hadits-hadits tentang terpecahnya ummat ini menjadi 73 tujuh puluh tiga golongan, 72 tujuh puluh dua golongan masuk Neraka dan satu golongan masuk Surga adalah hadits yang shahih, yang memang sah datangnya dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Dan tidak boleh seorang pun meragukan tentang keshahihan hadits-hadits tersebut, kecuali kalau ia dapat membuktikan berdasarkan ilmu hadits tentang tentang terpecahnya ummat Islam menjadi tujuh puluh tiga golongan adalah hadits yang shahih sanad dan matannya. Dan yang menyatakan hadits ini shahih adalah pakar-pakar hadits yang memang sudah ahli di bidangnya. Kemudian menurut kenyataan yang ada bahwa ummat Islam ini berpecah belah, berfirqah-firqah bergolongan-golongan, dan setiap golongan bang-ga dengan Subhanahu wa Ta’ala melarang ummat Islam berpecah belah seperti kaum musyrikinوَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ﴿٣١﴾مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا ۖ كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ“Janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” [Ar-Rum/3031-32]Nabi Shallallahu alaihi wa sallam memberikan jalan keluar, jalan selamat dunia dan akhirat. Yaitu berpegang kepada Sunnah Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam dan para MEREKA YANG MELEMAHKAN HADITS INI SERTA BANTAHANNYA Ada sebagian orang melemahkan hadits-hadits tersebut karena melihat jumlah yang berbeda-beda dalam penyebutan jumlah bilangan firqah kelompok yang binasa tersebut, yakni di satu hadits disebutkan sebanyak 70 tujuh puluh firqah, di hadits yang lainnya disebutkan sebanyak 71 tujuh puluh satu firqah, di hadits yang lainnya lagi disebutkan sebanyak 72 tujuh puluh dua firqah, dan hanya satu firqah yang masuk karena itu saya akan terangkan tahqiqnya, berapa jumlah firqah yang binasa itu?Pertama, di dalam hadits Auf bin Malik dari jalan Nu’aim bin Hammad yang diriwayatkan oleh al-Bazzar dalam kitab Musnad-nya I/98 no. 172, dan Hakim IV/ 430 disebut tujuh puluh 70 firqah lebih, dengan tidak menentukan jumlahnya yang tetapi, sanad hadits ini dha’if lemah, karena di dalam sanadnya ada seorang perawi yang bernama Nu’aim bin Hammad al-Khuzaa’ Hajar berkata, “Ia banyak salahnya.”An-Nasa-i berkata, “Ia orang yang lemah.”Lihat Mizaanul I’tidal IV/267-270, Taqribut Tahdzib II/250 no. 7192 dan Silsilatul Ahaadits adh-Dha’ifah wal Maudhuu’ah I/148, 402 oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani.Kedua, di hadits Sa’ad bin Abi Waqqash dari jalan Musa bin Ubaidah ar-Rabazi yang diriwayatkan oleh al-Ajurri dalam kitab asy-Sya’riah, al-Bazzar dalam kitab Musnad-nya sebagaimana yang telah disebutkan oleh al-Hafizh al-Haitsami dalam kitab Kasyful Atsaar an Zawaa-idil Bazzar no. 284. Dan Ibnu Baththah dalam kitab Ibanatil Kubra nomor 263, 267. Disebutkan dengan bilangan tujuh puluh satu 71 firqah, sebagaimana Bani tetapi sanad hadits ini juga dha’if, karena di dalamnya ada seorang perawi yang bernama Musa bin Ubaidah, ia adalah seorang perawi yang dha’if. Lihat Taqribut Tahdzib II/226 no. 7015.Ketiga, di hadits Amr bin Auf dari jalan Katsir bin Abdillah, dan dari Anas dari jalan Walid bin Muslim yang diriwayatkan oleh Hakim I/129 dan Imam Ahmad di dalam Musnad-nya, disebutkan bilangan tujuh puluh dua 72 tetapi sanad hadits ini pun dha’ifun jiddan sangat lemah, karena di dalam sanadnya ada dua orang perawi di atas. Taqribut Tahdzib II/39 no. 5643, Mizaanul I’tidal IV/347-348 dan Taqribut Tahdzib II/289 no. 7483.Keempat, dalam hadits Abu Hurairah, Mu’awiyah, ’Auf bin Malik, Abdullah bin Amr bin Ash, Ali bin Abi Thalib dan sebagian dari jalan Anas bin Malik yang diriwayatkan oleh para imam Ahli Hadits disebut sebanyak tujuh puluh tiga 73 firqah, yaitu yang tujuh puluh dua 72 firqah masuk Neraka dan satu 1 firqah masuk derajat hadits-hadits ini adalah shahih, sebagaimana telah dijelaskan di Setelah kita melewati pembahasan di atas, maka dapatlah kita simpulkan bahwa yang lebih kuat adalah yang menyebutkan dengan 73 tujuh puluh tiga tersebut disebabkan karena hadits-hadits yang menerangkan tentang terpecahnya ummat menjadi 73 tujuh puluh tiga golongan adalah lebih banyak sanadnya dan lebih kuat dibanding hadits-hadits yang menyebut 70 tujuh puluh, 71 tujuh puluh satu, atau 72 tujuh puluh dua.MAKNA HADITS Sebagian orang menolak hadits-hadits yang shahih karena mereka lebih mendahulukan akal daripada wahyu, padahal yang benar adalah wahyu yang berupa nash al-Qur’an dan Sunnah yang sah lebih tinggi dan jauh lebih utama dibanding dengan akal manusia. Wahyu adalah ma’shum sedangkan akal manusia tidak ma’shum. Wahyu bersifat tetap dan terpelihara sedangkan akal manusia berubah-ubah. Dan manusia mempunyai sifat-sifat kekurangan, di antaranyaManusia ini adalah lemah, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirmanوَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا“Dan diciptakan dalam keadaan lemah.” [An-Nisaa’/428]Dan manusia itu juga jahil bodoh, zhalim dan sedikit ilmunya, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirmanإِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesung-guhnya manusia itu amat zhalim dan amat bodoh.” [Al-Ahzaab/3372]Serta seringkali berkeluh kesah, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirmanإِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا“Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.” [Al-Ma’aarij/7019]Sedangkan wahyu tidak ada kebathilan di dalamnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirmanلَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ ۖ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ“Yang tidak datang kepadanya al-Qur’an kebathilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Mahabijaksana lagi Mahaterpuji.” [Al-Fushshilat/4142]Adapun masalah makna hadits yang masih musykil sulit difahami, maka janganlah dengan alasan tersebut kita terburu-buru untuk menolak hadits-hadits yang sahih dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, karena betapa banyaknya hadits-hadits sah yang belum dapat kita fahami makna dan yang harus diperhatikan adalah bahwa Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui daripada kita. Al-Qur’an dan as-Sunnah yang shahih tidak akan mungkin bertentangan dengan akal manusia Shallallahu alaihi wa sallam menerangkan bahwa ummatnya akan mengalami perpecahan dan perselisihan dan akan menjadi 73 tujuh puluh tiga firqah, semuanya ini telah yang terpenting bagi kita sekarang ini ialah berusaha mengetahui tentang kelompok-kelompok yang binasa dan golongan yang selamat serta ciri-ciri mereka berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah yang sah dan penjelasan para Shahabat dan para ulama Salaf, agar kita termasuk ke dalam “Golongan yang selamat” dan menjauhkan diri dari kelompok-kelompok sesat yang kian hari kian yang selamat hanya satu, dan jalan selamat menuju kepada Allah hanya satu, Allah Subahanahu wa ta’ala berfirmanوَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ“Dan bahwa yang Kami perintahkan ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepada-mu agar kamu bertaqwa.” [Al-An’am/6153]Jalan yang selamat adalah jalan yang telah ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan para ummat Islam ingin selamat dunia dan akhirat, maka mereka wajib mengikuti jalan yang telah ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan para Allah membimbing kita ke jalan selamat dan memberikan hidayah taufiq untuk mengikuti jejak Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan para a’lam bish karim serta terjemahannya, al-Bukhari dan Syarah-nya cet. Daarul Muslim cet. Darul Fikr tanpa nomor dan tarqim Muhammad Fuad Abdul Baqi dan Syarah-nya Syarah Imam an-Nawawy.Sunan Abi Ibni al-Imam Ahmad bin Hanbal, cet. Daarul Fikr, th. 1398 ad-Darimi, cet. Daarul Fikr, th. 1389 oleh Imam al-Hakim, cet. Daarul Fikr, th. 1398 Zham-aan fii Zawaa-id Ibni Hibban, oleh al-Hafizh al-Haitsamy, cet. Daarul Kutub al- Abu Ya’la al-Maushiliy, oleh Abu Ya’la al-Maushiliy, cet. Daarul Kutub al-Ilmiyyah, th. 1418 Sunnah libni Abi Ashim, oleh Muhammad Nashiruddin al-Albani, cet. Al-Maktab al-Islamy, th. 1413 an Syari’atil Firqatin Najiyah Ibaanatul Kubra, oleh Ibnu Baththah al-Ukbary, tahqiq Ridha bin Nas’an Mu’thi, cet. Daarur Raayah, th. 1415 oleh Imam Ibnu Abi Syari’ah, oleh Imam al-Ajurry, tahqiq Dr. Ab-dullah bin Umar bin Sulaiman ad-Damiji, th. 1418 wat-Ta’dil, oleh Ibnu Abi Hatim ar-Raazy, cet. Daarul Tahdziib, oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqa-lani, cet. Daarul Tahdziib, oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqa-lani, cet. Daarul I’tidaal, oleh Imam at-Tirmidzi bi Ikhtishaaris Sanad, oleh Imam al-Albani, cet. Maktabah at-Tarbiyah al-Arabi lid-Duwal al-Khalij, th. 1408 Ahaadits ash-Shahiihah, oleh Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani, cet. Makatabah al-Ma’ oleh Imam asy-Syathibi, tahqiq Syaikh Salim bin Ied al-Hilaly, cet. II-Daar Ibni Affan, th. 1414 Ushul I’tiqad Ahlus Sunah wal Jama’ah, oleh Imam al-Lalikaa-iy, tahqiq Dr. Ahmad bin Sa’id bin Hamdan al-Ghamidi, cet. Daar Thayyibah, th. 1418 fii Bayaanil Mahajjah, oleh al-Ashbahani, tah-qiq Syaikh Muhammad bin Rabi’ bin Hadi Amir al-Madkhali, cet. Daarur Raayah, th. 1411 oleh Imam al-’ oleh Imam Ibnu oleh Imam Ahaadits adh-Dhai’fah wal Maudhuu’ah oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Ibnu Majah, oleh Syaikh Muhammad Nashirud-din al-Albany, cetakan Maktabut Tarbiyatul Arabiy lid-Duwalil Khalij, cet. III, thn. 1408 Zujajah, oleh al-Hafizh Atsaar an Zawaa-idil Bazzar, oleh al-Hafizh al-Haitsami.[Disalin dari kitab Ar-Rasaail Jilid-1, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Abdullah, Cetakan Pertama Ramadhan 1425H/Oktober 2004M] _______ Footnote [1] Lihat kitab Mishbahuz Zujajah IV/180. Secara lengkap perkataannya adalah sebagai berikut Ini merupakan sanad hadits yang shahih, para perawinya tsiqah, dan telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad juga dalam Musnad-nya dari hadits Anas pula, begitu juga diriwayatkan oleh Abu Ya’la al-Maushiliy Home /A8. Qur'an Hadits5 Syarah.../Kedudukan Hadits Tujuh Puluh...
Utama Tag Memohon Izin Sahih Muslim - Koleksi 1 - No. 28 Sahih Muslim - Koleksi 1 - No. 28 Dari Anas bin Malik katanya "Pada suatu ketika Nabi saw. berada dalam suatu perjalanan bersama Mu'adz bin Jabal, sedangkan Mu'adz membonceng di kenderaan beliau. Sabda Rasulullah saw., "Hai, Mu'adz!" Jawab Mu'adz, "Hamba, ya Rasulullah." Sabda Rasulullah saw., "Hai, Mu'adz!" Jawab Mu'adz, "Hamba, ya Rasulullah." Sabda Rasulullah saw., "Hai, Mu'adz!" Jawab Mu'adz, "Hamba, ya Rasulullah!" Sabda Rasulullah saw., "Tidak seorang jua pun hamba yang mengucapkan syahadat, bahawa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad hamba-Nya dan Rasul-Nya, melainkan Allah mengharamkannya atas neraka," Kata Mu'adz, "Apakah harus ku sampaikan kepada orang ramai, supaya mereka gembira?" Jawab Nabi saw., "Kalau-kalau nanti mereka berpangku tangan saja," Tetapi Mu'adz menyampaikannya juga ketika dia hampir meninggal, kerana dia takut berdosa tidak menyampaikan hadis," Pembebasan Hamba, Perbuatan-Perbuatan Zalim, Shahabat-Shahabat Nabi, Musibah Sakit, Memohon Izin, perjalanan, kenderaan, ansar, berjalan, sulaiman, nabi, dada, munafik, Ucapkanlah, syahadat
Anas bin Malik Ahli Hadits dan Khadam Rasulullah Oleh A. Fatih Syuhud Anas bin Malik adalah Sahabat Ahli Hadits yang menempati ranking ketiga sebagai muhaddits yang paling banyak meriwayatkan hadits setelah Abu Hurairah dan Abdullah bin Umar. Tak kurang dari 2286 hadits telah diriwayatkannya. 180 hadits disepakati kesahihannya oleh Imam Bukhari dan Muslim. 80 hadits disahihkan oleh Bukhari. Dan 90 hadits disahihkan oleh Muslim. Salah satu faktor penting yang membuatnya produktif adalah kedekatannya dengan Nabi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bisa dimengerti mengingat dia adalah khadim pembantu rumah tangga Rasulullah. Itulah sebabnya ia dengan bangga menyebut dirinya sebagai Khadimur Rosul. Ibunya memberikan Anas pada Nabi sebagai khadam sejak ia masih kecil. Anas bin Malik lahir 10 tahun sebelum hijrah atau sekitar tahun 612 Masehi. Nama lengkapnya adalah Anas bin Malik bin Nadar Al-Khazraji Al-Anshari dengan julukan kuniyah Abu Hamzah. Ia menjadi Sahabat Nabi yang paling panjang umurnya dan saat ia wafat pada tahun 712 Masehi atau 93 Hijriah ia menjadi Sahabat Nabi yang terakhir di makamkan dalam usia yang cukup panjang yakni 103 atau 107 tahun.[1] Anas bin Malik meriwayatkan banyak hadits tidak hanya langsung dari Rasulullah tapi juga dari Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Muadz, Usaid bin Hudair, Abu Talhah, Ummu Sulaim binti Malhan ibunya sendiri, Ummu Haram bibinya, Ubadah bin Ash-Shomit, Abu Dzar, Malik bin So’soah, Abu Hurairah, Fatimah binti Rasulillah, dan lainnya.[2] Sedangkan yang meriwayatkan hadits darinya juga tak kalah banyak baik dari kalangan sesama Sahabat maupun Tabi’in. Mereka antara lain Al-Hasan, Ibnu Sirin, Al-Sya’bi, Abu Qilabah, Makhul, Umar bin Abdul Aziz, Tsabit Al-Bannani, Bakar bin Abdullah Al-Muzani, Al-Zuhri, Qotadah, Ibnul Munkadir, Ishaq bin Abdullah bin Abu Tolhah, Abdul Aziz bin Shuhaib, dan lainnya.[3] Sejak Rasulullah hijrah ke Madinah pada tahun 622 Masehi, Anas selalu bersama Nabi di manapun dan kapanpun. Nabi adalah seperti ayahnya, guru, sahabat, pendidik murabbi dan segalanya bagi Anas. Anas berkisah tentang pertemuan pertamanya dengan Nabi dalam sebuah hadits riwayat Tirmidzi قدم رسول الله – صلى الله عليه وسلم – المدينة وأنا ابن ثمان سنين ، فأخذت أمي بيدي ، فانطلقت بي إليه ، فقالت يا رسول الله ! لم يبق رجل ولا امرأة من الأنصار إلا وقد أتحفك بتحفة ، وإني لا أقدر على ما أتحفك به إلا ابني هذا ، فخذه ، فليخدمك ما بدا لك . قال فخدمته عشر سنين ، فما ضربني ، ولا سبني ، ولا عبس في وجهي Artinya Rasulullah datang ke Madinah saat aku berusia delapan tahun. Ibu memegang tanganku dan membawaku padanya. Ibuku berkata Wahai Rasulullah, tidak ada satupun lelaki dan wanita Anshar yang datang padamu kecuali mereka memberimu hadiah. Aku tidak mampu memberimu hadiah kecuali anakku ini. Ambillah dan jadikan dia pembantumu. Anas berkata Aku mengabdi pada Nabi selama 10 tahun. Selama itu dia tidak pernah sekalipun memukulku atau mencaciku atau berwajah muram padaku.[4] Anas bin Malik bukan hanya seorang ulama ahli hadits, dalam bahasa Al-Dzahabi ia adalah seorang imam, mufti ahli pemberi fatwa hukum syariah, muqri’ yang bagus bacaannya, muhaddits ahli hadits, dan periwayat Islam.[5] Mengapa Anas bin Malik dapat menjadi seorang ulama ahli hadits dengan keilmuan mendalam di bidang ilmu agama yang lain juga? Kecerdasan dan kerajinannya tentu tidak perlu disangsikan lagi. Karena dua hal ini menjadi dua syarat mutlak yang diperlukan untuk suksesnya seseorang mencapai kedalaman ilmu tingkat tinggi. Namun, selain itu tentu ada ciri khas lain yang dimiliki Anas. Pertama, kemampuannya menulis. Saat Anas diserahkan ibunya pada Rasulullah dalam usia di bawah 10 tahun, ibunya menceritakan pada Nabi bahwa Anas bisa menulis. Ini merupakan keistimewaan Anas yang tak banyak dimiliki oleh para Sahabat lain saat itu. Apalagi kemampuan itu diilikinya pada usia yang sangat belia. Kemampuannya menulis ini dimanfaatkan Anas sebaik-baiknya untuk mencatat ilmu yang dia dapat dari Rasulullah maupun dari para Sahabat yang lain. Kedua, kedekatannya dengan guru. Rasulullah dalam hal ini adalah sumber ilmu utama. Kebersamaan Anas secara terus menerus dalam waktu yang lama membuatnya memiliki akses tak terbatas terhadap ilmu. Anas menyertai Rasulullah kemanapun Nabi pergi dengan penuh antusias, rasa syukur dan bahagia. Potensi ilmu yang akan didapat seseorang tidak akan maksimal tanpa semangat yang tinggi dalam mencarinya. Dan semangat yang tinggi itu sulit didapat kalau kita tidak bahagia dalam melakukannya. Ketiga, pengabdian pada guru. Sebagai khadam Nabi, Anas selalu bersama Nabi tidak hanya untuk menimba ilmu, tapi juga mengabdi dan melayani Rasulullah. Dan itu dilakukannya dengan penuh rasa bangga. Dalam banyak kesempatan jauh setelah Rasulullah wafat, Anas selalu menyatakan bahwa ia adalah khodimurrosul’ pelayan Rasulullah. Menjadi pelayan guru merupakan simbol atas kerendahan hati seorang pencari ilmu. Ilmu bisa saja dicapai tanpa kerendahan hati. Tapi ilmu yang dimiliki dengan cara penuh kerendahan hati, akan lebih berpengaruh pada kepribadian pemilik ilmu tersebut kelak ketika ia menjadi seorang ulama. Ketiga, peran seorang ibu. Dalam kasus Anas bin Malik, peran ibunya sangatlah besar. Keputusan ibunya untuk menyerahkan putranya pada Nabi merupakan keputusan besar yang merubah hidup Anas. Begitu juga, kemampuan Anas dapat menulis dan membaca pada usia dini tak lepas dari peran ibunya.[] FOOTNOTE [1] Al-Anshari berkata terdapat perbedaan pendapat dalam soal usia Anas. Sebagian mengatakan 103 tahun sedangkan pendapat yang lain menyatakan 107 tahun. Lihat, Ahmad Al-Bushiri, Ithaf Al-Khirah, hlm. 7/90. [2] Al-Dzahabi, Siyar Al-Nubala, hlm. 3/396. [3] Ibid. [4] Abul Hajjaj Al-Muzi, Tahdzib Al-Kamal, hlm. 3/364. [5] Al-Dzahabi, Siyar Al-Nubala, hlm. 3/396.
Do’a Sa’i Sa'i adalah salah satu rukun yang harus dilaksanakan dalam melaksanakan Ibadah Haji atau juga dalam Ibadah Umroh Setelah se... Navigasi Rangkaian Ibadah Doa Tawaf putaran 1 Doa Tawaf putaran 2 Doa Tawaf putaran 3 Doa Tawaf putaran 4 Doa Tawaf putaran 5 Doa Taw... Doa akhir tahun berisi tentang permohonan agar diampuni segala dosa yang dilakukan setahun yang sudah berlalu. Dikutip dari Majmu' in... وَبَعْدُ فَأَقُوْلُ هُوَ سَيِّدُنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ وَاسْمُهُ شَيْبَةُ الْحَمْدِ حَمِدَتْ خِصَالُهُ الس... وَلَمَّا أَرَادَ اللهُ تَعَالَى إِبْرَازَ حَقِيْقَتِهِ الْمُحَمَّدِيَّة Ketika Allah Taala menghendaki untuk menampakkan hakikatnya yang t... {اَلْجَنَّةُ وَنَعِيمُهَا سَعْدٌ لِمَنْ يُصَلِّي وَيُسَلِّمُ وَيُبَارِكُ عَلَيْه} {Surga dan kenikmatannya adalah kebahagiaan bagi orang... وَلَمَّا تَمَّ مِنْ حَمْلِهِ شَهْرَانِ عَلَى مَشْهُوْرِ الْأَقْوَالِ الْمَرْوِيَّة Ketika genap beliau dikandung dua bulan menurut pendapat ... وَبَرَزَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاضِعًا يَدَيْهِ عَلَى الْأَرْضِ رَافِعًا رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ الْعَلِيَّة Beliau lahir deng... At-Taghabun, ayat 14-18 {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْف... بِّسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ KHUTBAH KAHIJI السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ الله أكبر الله أك...
hadits anas bin malik 72